Atasi Teman Khayalan Si Kecil

By nova.id, Rabu, 24 Februari 2010 | 17:03 WIB
Atasi Teman Khayalan Si Kecil (nova.id)

Atasi Teman Khayalan Si Kecil (nova.id)

"Foto: Ilustrasi "

Resah karena kerap memergoki Si Kecil berbicara sendiri dengan teman khayalannya? Jangan dulu merasa bersalah jika Si Kecil kerap memperlihatkan kebiasaan yang "tidak normal" itu. Menurut psikolog Marjorie Taylor dari Universitas Oregon-Amerika, 1/3 dari anak usia pra sekolah normal memiliki teman khayalan.

Ya, fenomena teman khayalan memang dapat terjadi pada anak-anak, terutama berusia sekitar 3 tahun hingga 5 tahun. Dan kebiasaan ini dapat bertahan hingga anak memasuki usia sekolah sekitar 7 tahun.

Pada jurnal psikologi yang diterbitkan British Academy, disebutkan, anak perempuan usia pra sekolah lebih berpeluang memiliki teman imajinasi dibandingkan anak laki-laki seumuran. Selain itu, anak tunggal maupun anak pertama cenderung lebih berpotensi memiliki teman khayalan dibanding anak lain.

Sebenarnya, fenomena anak bicara sendiri dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut referensi psikologi, kebiasaan anak berbicara sendiri atau memiliki teman khayalan merupakan salah satu fase perkembangan psikologis anak. Fase ini menunjukkan pencarian jati diri dan tahap anak menguji antara dunia nyata dan khayalan. Agar tak salah kaprah, yuk cari tahu bagaimana memperlakukan Si Kecil dan teman khayalannya!

Raih Kepercayaan

Selama kebiasaan berbicara sendiri tidak menyebabkan anak jauh dari pergaulan dengan teman sebaya, orangtua tak perlu khawatir. Namun, bila Anda merasa terganggu dengan kebiasaannya, Anda bisa mengupayakan "menggusur" teman khayalan Si Kecil. Caranya, dengan memasuki lingkar kepercayaan anak.

Turuti apa saja yang diinginkannya selama itu tak melanggar prinsip Anda. Luangkan lebih banyak waktu untuk bersenang-senang bersamanya dan hargai hak anak untuk berinteraksi dengan teman khayalannya.

Dorong Aktivitas Di Luar

Pada beberapa referensi dikatakan, teman khayalan dapat membangun keberanian anak apalagi jika anak takut sendirian. Namun, perhatikan apakah anak mulai tergantung dengan teman khayalannya. Sesekali Anda harus mendorongnya untuk bermain di luar bersama teman-temannya.

Misalnya, menyuruh anak bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah, mengajaknya bertamasya bersama saudara sepupu, atau melibatkannya dalam kelompok bermain. Lakukan ini dengan rutin sehingga anak jadi terbiasa. Apabila anak sudah belajar bersosialisasi, ia pun akan berpaling dari sang teman khayalan.

Dukung Imajinasi

Teman khayalan memang tidak selalu berarti buruk. Pada beberapa kajian dikatakan, memiliki teman khayalan justru bisa mengembangkan kemampuan sosial dan komunikasi anak. Bahkan bisa jadi merupakan tanda kecerdasan dan kemampuan kreatif di atas rata-rata.

Namun, jika Anda merasa khawatir memiliki anak yang suka berbicara sendiri, mengupayakan pengalihan dari teman khayalan sah-sah saja dilakukan.

Caranya, beri dorongan anak untuk mengembangkan imajinasinya. Ini akan membuatnya bahagia sekaligus menjadi sarana hiburan baginya ketika ia merasa tak memiliki teman untuk bermain. Misalnya, bermain panggung boneka, bermain boneka tangan, atau permainan simulasi lain yang ia sukai.

Jangan Akui

Walaupun Anda tidak bisa melarang si kecil berbicara dengan teman khayalannya, bukan berarti Anda harus mengakui teman khayalan itu ada. Apalagi memanfaatkan sang teman khayalan untuk memanipulasi anak menyelesaikan kewajibannya.

Semisal, mengatakan pada anak "Si Bunny saja suka makan wortel, masa kamu tidak suka?" atau "Ayo sayang, Si Bunny saja sudah selesai makan. Kok kamu belum selesai juga?". Sembari Anda berpura-pura mengerti keberadaan si Bunny, teman khayalan si kecil.

Tidak! Jangan pernah berbuat demikian. Tetaplah bersikap bijak dalam memberi instruksi, tanpa harus melibatkan sang teman khayalan.

Tegakkan Aturan

Anda mungkin salah satu orangtua yang cukup memahami keberadaan teman khayalan si kecil. Meski demikian, perhatikan perilaku yang kurang berdampak baik bagi perkembangan psikologis anak.

Selain memastikan ia memiliki proporsi waktu yang berimbang untuk bermain dengan teman sebayanya, bersikaplah penuh kasih sayang sembari menunjukkan dedikasi Anda dalam mendidik anak.

Meski Anda punya cukup perhatian pada teman khayalan (dengan mengingat nama si teman khayalan, misalnya), bukan berarti harus menerima apapun yang dikatakan anak. Sebaiknya jangan pernah menolerir jika anak melempar kesalahan kepada teman khayalannya.

Dan ingat, jangan panik menghadapi anak yang suka berbicara sendiri. Kebanyakan teman khayalan Si Kecil akan pergi dengan sendirinya di ulang tahun anak yang ke-5.

Laili Damayanti/NOVA