Agar Anak Nyaman Dengan Pengasuh Baru

By nova.id, Rabu, 17 Maret 2010 | 01:27 WIB
Agar Anak Nyaman Dengan Pengasuh Baru (nova.id)

* Ketika pengasuh lama ingin berhenti, jangan hanya orang tua saja yang tahu tetapi anak juga. Berikan penjelasan kepadanya dengan jujur mengenai pengasuhnya yang tidak akan kembali lagi. "Mbak mau pulang kampung, dia tidak bisa bersama Adek lagi. Adek enggak usah takut karena Mama sudah siapkan pengasuh baru," misalnya. Jangan malah ditutup-tutupi dan menganggap si kecil belum mengerti masalah ini.

Malah sebenarnya, pergantian pengasuh tak selamanya menimbulkan masalah. Ada sisi positif lain yang menurut Tari bisa didapat anak, yakni dia akan memiliki pengalaman lebih banyak terhadap bentuk sosialisasi dengan mengenal lebih banyak karakter, wajah, perilaku, yang mungkin berbeda satu sama lain. "Hal ini akan memperkaya pengetahuan anak terhadap berbagai perbedaan orang di sekelilingnya."

JIKA PENGASUH LAMA BERHENTI TANPA PERSIAPAN

BAGAIMANA bila pengasuh lama berhenti mendadak dengan atau tanpa alasan? Orang tua harus melakukan beberapa hal penting saat menyeleksi pengasuh baru:

* Perhatikan kepribadian si pengasuh baru. Kalau si kecil enggan didekati pengasuh baru, coba perhatikan kepribadiannya. Jangan-jangan ia memang tidak bisa melakukan pengasuhan dengan baik. Umpamanya, cara bicaranya selalu dengan intonasi tinggi, kurang ramah, sikapnya kasar, suka mengancam akan memberi hukuman, atau mungkin wajahnya tidak bersahabat, selalu cemberut, dan sebagainya. Ini akan lebih terasa lagi, jika anak biasa diperlakukan lemah lembut oleh pengasuh sebelumnya atau oleh orang tuanya. Tentu sikap tak bersahabat ini membuat anak cemas dan muncullah sikap negatif seperti ngambek, rewel, marah, dan sebagainya.

* Orang tua harus cepat tanggap. Umumnya anak bisa merasakan apakah pengasuh penggantinya adalah orang yang disukainya atau tidak dengan hanya mencermati mimik muka atau perilaku yang keluar saat pertemuan pertama dengannya. "Sebelum menerima pengasuh baru, lakukanlah semacam tes bermain bersama, sehingga kita bisa melihat apakah anak merasa nyaman dengan pengasuh baru atau tidak," anjur Tari.

Kalau ternyata si kecil terlihat tidak nyaman dan merasa terancam terus-menerus, cari pengasuh lain. Jika dipaksakan, si kecil bisa hidup dalam kecemasan dan ketakutan karena harus menghabiskan waktu seharian bersama pengasuhnya. Tak mustahil nantinya ia akan mengalami trauma, seperti takut ditinggal pergi orang tuanya atau takut pada orang asing.

* Bila masih memungkinkan, beri tahu kepada si pengasuh agar mengubah sikap dan perilakunya. Beri contoh bagaimana intonasi bicara yang bisa diterima si kecil, dan minta kepadanya untuk selalu murah senyum. Intinya, gunakan feeling, apakah pengasuh ini cocok dengan kita atau tidak. Jadi kalaupun suaranya memang keras atau wajahnya kurang ramah, tapi selama feeling kita mengatakan ia merupakan pengasuh yang baik, katakan hal itu pada si kecil. Misalnya, "Mbak itu orangnya baik lo. Memang, suaranya keras tetapi dia itu sayang sekali sama Adek!"

* Beri waktu beradaptasi. Ketika pengasuh baru mulai bekerja di rumah, jangan langsung meninggalkan si kecil sepenuhnya bersama dia. Pantau terlebih dulu setiap kegiatan yang dilakukan mereka; mulai dari mandi, makan, tidur, dan seterusnya. "Selama masa adaptasi, orang tua sebaiknya terlibat dan menjelaskan apa yang harus dilakukan beserta cara-caranya," kata Tari. Selain pengasuh mendapat ilmu baru dan tahu bagaimana cara mengasuh anak, si kecil pun akan merasa lebih aman karena dia masih melihat orang tuanya berada di dekatnya.

* Amati perkembangan. Apakah pengasuh benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Bila memang ada hal yang perlu diluruskan, lakukan segera sehingga semuanya berjalan lancar. Misalnya, bagaimana dia mencuci perabotan si kecil, memotong makanan, menyuapi makanan, memandikan, menjaga kebersihan ruang, dan sebagainya.

Irfan Hasuki