TANGANI KONFLIK
Bila anak kerap bertengkar dan orangtua menyikapinya dengan langkah-langkah di atas secara konsisten, maka anak pun lama-lama akan belajar menyelesaikan konflik yang ada. Efek selanjutnya, pertengkaran yang kerap muncul lama-lama akan berkurang dan anak menemukan alternatif penyelesaian masalah tanpa bertengkar. Anak usia prasekolah bisa kok dilatih cara seperti ini.
Jadi, apabila pertengkaran anak disikapi dengan cara yang tepat, justru akan menjadi suatu pembelajaran bagi anak. Ketahuilah, bertengkar sebetulnya merupakan tingkat sosialisasi tertinggi antarsaudara. Mengapa? Karena merupakan proses saling mengenal dan memahami pribadi masing-masing. Mereka belajar untuk saling tahu kelemahan dan kekuatan masing-masing, sikap-sikap seperti apa yang disukai dan tidak dari saudaranya, dan lain sebagainya. Maka itu, kakak-adik yang ketika kecil sering bertengkar, biasanya saat dewasa memungkinkan hubungan mereka terjalin baik karena masing-masing sudah saling mengenal sifat dan perilakunya. Jadi, melalui bertengkar, anak belajar mengenal dirinya dan saudaranya.
Melalui bertengkar, anak juga belajar menyelesaikan masalah. Ingatlah, pertengkaran antarsaudara pada dasarnya merupakan masalah anak, bukan masalah orangtua. Itulah mengapa, ketika anak bertengkar, orangtua dianjurkan tidak ikut campur ataupun intervensi. Orangtua hanya membantu mengarahkan anak untuk mengatasi konflik yang terjadi dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Di sini anak belajar bagaimana caranya menyelesaikan masalah saat terjadi konflik. Pembelajaran ini merupakan suatu keterampilan sosial yang berguna bagi anak saat dewasa nanti. Jika ia berselisih paham dengan orang lain, ia akan tahu harus bersikap bagaimana dan mencari jalan keluar yang seperti apa.
Selain itu, dengan bertengkar, anak pun belajar mengendalikan diri. Yakni ketika orangtua memberikan contoh dengan bersikap tenang tanpa terpancing emosi saat anak-anaknya bertengkar. Orangtua meredakan pertengkaran anak-anaknya dengan mengajak mereka duduk untuk bicara. Di sini anak belajar bagaimana caranya mengendalikan diri dan mengelola emosinya. Anak diajarkan cara mengatasi konflik dengan cara lain tanpa kekerasan maupun kekuasaan.
Nah, bagaimana, Bu? Mudah-mudahan tidak pusing dan bingung lagi kalau si kecil bertengkar dengan saudaranya!
BERTENGKAR DENGAN TEMAN
Selain bertengkar dengan saudara, anak pun bisa bertengkar dengan teman, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Pada pertengkaran anak dengan temannya, orangtua harus selalu ingat bahwa yang bermasalah adalah si anak dengan temannya. Jadi, orangtua tidak boleh intervensi maupun turut campur. Jika sampai ikut campur biasanya urusan akan bertambah runyam. Contoh, Anton bertengkar dengan temannya, Todi, lalu orangtua Anton berkata kepada Todi, "Kamu jangan berantem sama anak Tante, dong. Kan kasihan tuh, anak Tante hidungnya jadi berdarah." Ketika Todi pulang ke rumahnya, dia mungkin akan mengatakan pada ibunya, "Ma, aku tadi dimarahi sama mamanya Anton." Bisa saja orangtua Todi tidak terima, lalu mendatangi orangtua Anton, sehingga akhirnya terjadilah pertengkaran antarorangtua. Tentunya ini akan menjadi contoh jelek bagi anak.
Bila saat kejadian anak bertengkar dengan temannya, orangtua tidak melihatnya, maka untuk membantu anak menyelesaikan konfliknya orangtua bisa menggali dari cerita anaknya. Dengarkan alasan mengapa ia bertengkar dengan temannya dan tanyakan bagaimana perasaannya saat bertengkar. Tanyakan pula, apa yang akan dia lakukan pada temannya selanjutnya, bagaimana pula caranya bila dia berbaikan, dan sebagainya. Beri arahan dan dukungan apa yang ingin dilakukan anak pada temannya sejauh hal itu positif. Jika ia memang memaafkan mungkin ia akan kembali lagi bermain dengan temannya. Jika tidak, orangtua hendaknya jangan memaksakan. Tunggu beberapa lama dan tanyakan kembali bagaimana kabar temannya itu. Kalau anak masih merasa kesal, orangtua bisa mengatakan, "Enggak enak kan ya, Dek, kalau musuhan sama teman seperti itu." Orangtua boleh membahasnya hingga timbul kesadaran dari si anak untuk mau kembali berteman.Dedeh Kurniasih
Foto: Ferdi Dok. nakita
Narasumber:
Rani I. Noe'man,
Pelatih Parenting dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Jakarta