Margot berkata, "Dia adalah seorang vegetarian dan hanya makan makanan hambar yang terdiri dari nasi, pasta, kacang polong, dan kembang kol."
Setiap kali akan mencicipi makanan tidak menarik tersebut, "Beberapa gadis mulai meneteskan air mata, karena mereka begitu takut," kisahnya kepada saluran RBB Berlin. "Kami harus makan semuanya dan setelah itu, kami harus menunggu selama satu jam. Setiap kali, kami sangat ketakutan apabila benar ada racun di makanan yang telah kami makan."
Dan jika ternyata makanan yang disantapnya tak beracun, "Kami menangis seperti anjing karena kami lega, sekali lagi kami selamat dari maut."
Margot sendiri sesungguhnya bukanlah seorang NAZI. Ia dipaksa menunggalkan apartemennya di Berlin karena terkena bom pada tahun 1941. Akibat perang, ia juga terpisah dari suaminya yang seorang tentara, Karl. Margot kemudian melarikan diri ke kota Parcz (kini bernama Partsch) di Polandia.
Di kota itulah, ia didaftarkan oleh Walikotanya sebagai gadis pencicip makan Hitler. Suatu malam, salah seorang anak buah Hitler menjemputnya dengan paksa dan memasukkannya ke markas Hitler yang dijaga sangat ketat. Di markas itu pula, Margotdiperkosa oleh salah satu perwira SS, sebuah luka yang terus dibawanya hingga kini.
Margot adalah satu-satunya pencicip makanan yang bertahan hidup. Rekan-rekannya yang lain diduga telah dieksekusi dengan cara ditembak oleh Tentara Merah pada Januari 1945. Margot beruntung, karena ia berhasil melarikan diri dari Prussia di suatu malam.
Butuh waktu nyaris dua dekade bagi Margot untuk bicara tentang pengalaman hidupnya ini. Selain diperkosa dan hidup dalam pelarian, ia juga mengingat satu hal lagi dengan getir. "Aku tak pernah melihat Hitler. Tapi setiap hari aku mempertaruhkan nyawa untuknya..."
Wikkianto / Sumber: Telegraph