Rupanya, selain chiropractic ala Barat yang ditemukan Dr. DD Palmer dari AS, ada pula chiropractic ala Timur yang berasal dari Cina.
"Tujuannya sama, cuma cara penanganannya yang agak berbeda. Cara melepas tekanan pada saraf yang berbeda, tidak asal bunyi krek. Kita biasanya melakukan pemijatan ringan lebih dulu untuk melemaskan otot," jelas dr. (TCM) Lee Chen Tung dari Klinik Shanghai, Jakarta.
Menurut Lee, tujuan chiropractic adalah menormalkan dan menyeimbangkan tulang belakang, dengan jalan melepas tekanan pada saraf-saraf di tulang belakang. "Kami percaya, semua penyakit berhubungan dengan saraf di tulang belakang," jelas Lee yang mulai memperkenalkan chiropractic di Indonesia sejak 1999.
Hampir seluruh saraf berada di tulang belakang dan sekitar 70-80% penyakit atau keluhan umumnya berasal dari masalah di tulang belakang. "Semua organ tubuh memiliki pengontrolan di saraf-saraf yang berada di tulang punggung. Kalau ada saraf yang tertekan, area di sekitarnya pasti ada yang tegang," lanjutnya. Contohnya, orang yang sering membungkuk, pasti punya masalah di pinggang. Ia juga pasti akan punya masalah di punggung, atau sesak di dada, karena ototnya terus-menerus tertarik. Kemiringan ruas tulang punggung tersebut bisa mengakibatkan kekacauan fungsi sistem saraf dan membuat organ dalam tubuh jadi tak sehat.
Penyakit atau gangguan yang bisa diatasi dengan chiropractic Timur kebanyakan yang berhubungan dengan saraf, dari mulai sakit kepala, migrain, sakit pinggang, mag, asma, gagap, sakit pinggang, saraf kejepit, sampai nyeri haid. "Nyeri haid terjadi karena sirkulasi darah yang terganggu akibat saraf terganggu. Kita perbaiki saraf yang berhubungan dengan daerah sekitar perut untuk melepas tekanan," terang Lee.
Pengobatan atau terapi yang dilakukan tergantung keluhan. "Kalau sakit kepala penanganannya bisa cepat, tidak sakit dan sangat efektif," jelas Lee. Yang pertama dilakukan adalah melihat gerakan pasien, disesuaikan dengan keluhan yang ia sampaikan. "Dari gerakan akan terlihat, daerah mana yang terganggu. Dari sana kita cari hubungannya. Misalnya, sakit pinggang. Setelah melihat gerakan pasien, kita bisa perkirakan masalahnya ada di tulang yang mana. Kalau perlu, kita perkuat dengan foto rontgen agar lebih pasti."
Setelah gangguan ditemukan, terapi pun dilakukan. Sama seperti chiropraktic Barat, terapi dengan chiroprakticTimur juga tidak asal berbunyi krek. "Kita buat pasien relaks dulu dengan pijatan untuk melemaskan saraf-saraf. Tujuannya supaya tidak menyisakan kerusakan/cedera di otot," jelas Lee yang memadukan chiropractic di Klinik Shanghai dengan ilmu pengobatan Cina, yaitu terapi sinar dan akupunktur. "Untuk perawatan lanjutan di rumah, bisa dilakuan dengan berenang dan senam dengan gerakan tertentu."
Senada dengan Dr. Anthony K. Dawson yang dimuat pada artikel sebelumnya, Lee juga menekankan perlunya chiropractic bagi orang yang sehat. "Untuk menyeimbangkan organ-organ agar bisa bekerja dengan baik. Manusia kan, bukan robot. Selama kita beraktivitas, pasti ada pergeseran tulang dan susunan saraf di tulang belakang." Jika terakumulasi, maka keluhan pun akan muncul.
Yang jelas, lanjutnya, chiropractic tidak berefek samping. "Chiropractic aman, kok. Chiropractic juga tidak membuat kondisi makin memberat." Hanya saja, berbeda dengan Tony, Lee tidak menganjurkan penderita osteoporosis untuk melakukan pengobatan dengan chiropractic. "Juga penderita penyakit kulit, ibu-ibu hamil, dan terutama penderita kanker tulang. Anak-anak di bawah enam tahun juga tidak boleh."