Bangganya si Kecil Jago Dua Bahasa (2)

By nova.id, Selasa, 30 Juni 2009 | 17:30 WIB
Bangganya si Kecil Jago Dua Bahasa 2 (nova.id)

Butuh WaktuMenurut David, setiap orang punya bekal untuk mempelajari hal baru, termasuk bahasa. David menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi satu keluarga Amerika yang sudah lama tinggal di Mexico City.

Meski mampu berbahasa setempat dengan baik, bahasa Inggris mereka tak hilang begitu saja. Begitu pula dengan pengalaman anaknya yang menetap lama di Cina.

Dalam kurun waktu 2 tahun, anaknya sudah mampu menggunakan bahasa setempat untuk memberi petunjuk kepada sopir taksi, melakukan tawar menawar di pasar tradisional, dan berbincang dengan penduduk setempat dengan luwes.

Pada dasarnya, setiap manusia punya kemampuan beradaptasi dengan bahasa. Sebagaimana yang dialaminya sendiri ketika mengajar dwi bahasa di Mexico City. Teorinya, paling tidak butuh waktu sekitar 2 tahun untuk menguasai bahasa secara sosial. Dan butuh 4-9 tahun untuk menguasai ketrampilan bahasa lebih lanjut seperti bahasa korespondensi dan akademis.

Bila Anda memberi anak-anak suasana belajar yang menunjang, dalam kurun waktu tadi anak akan mampu menggunakan bahasa keduanya dengan baik. Kuncinya, beri anak-anak semangat dan latihan yang tepat. Apalagi, umumnya mereka memiliki kemampuan belajar lebih baik dibandingkan orang dewasa. Tak Melulu BahasaPara siswa bilingual dengan additive program mungkin tak akan menunjukkan kemajuan secepat anak subtractive program. Namun, berdasarkan riset di Amerika, anak-anak subtractive program tak berkembang dalam kemampuan berbahasa asing secara sosial (kemampuan berbahasa aktif), meski secara akademis lebih baik.

Ini disebabkan subtractive program mengharuskan para guru menggunakan bahasa asing secara penuh, dan justru mengurangi ketrampilan berbahasa pertama (bahasa ibu) sang anak.

Additive program yang berfokus pada mengembangkan bahasa dari pemahaman dan kosa kata anak memang tak melulu menggunakan bahasa Inggris. Meski tujuan utamanya tetap memberi anak keterampilan berbahasa asing.

Intinya, bahasa pertama (bahasa ibu) tetap harus ada, hanya saja ditambahkan bahasa kedua sehingga anak punya kemampuan berbahasa yang lebih baik.

Ini sesuai dengan kemampuan berbahasa anak yang akan berkembang seiring perjalanannya mempelajari sesuatu. Yvonne pun yakin, kemampuan ini berkembang sesuai pengalaman dan kemampuan menyerap pelajaran yang diberikan. Seperti halnya orang dewasa mempelajari bahasa asing. Kemampuan BertahapMungkin Anda akan gerah melihat kurikulum bilingual additive program yang tak kunjung mengajarkan grammar atau structure. Sementara pada usia yang sama di sekolah lain sudah diajarkan.

Lalu Anda khawatir Si Kecil akan terlambat mempelajari ketrampilan itu. Jangan khawatir! Menurut David, kemampuan berbahasa pada dasarnya punya tahapan alami.

Mulai dari mampu berbicara dan menulis sesuai aslinya, mampu melakukan percakapan dengan baik, menulis rangkaian kata singkat seperti SMS (short massage service), menulis e-mail, melakukan diskusi akademis, menerima pelajaran bahasa asing, membaca dan menulis artikel seperti surat kabar berbahasa asing, hingga mampu menulis jurnal akademis.

Tingkat ini sesuai urutan derajat peningkatan keahlian berbahasa asing yang disimpulkan David. Bila anak-anak diajak meloncati tingkatan-tingkatan tadi, hasilnya tak akan memuaskan. Pada suatu tingkatan, kemampuan anak akan terhenti dan didahului anak-anak yang lain. Tingkatkan Keahlian OrangtuaBila Anda termasuk orangtua yang memberi pendidikan bilingual, tak ada salahnya ikut belajar bahasa Inggris. Tak hanya untuk mengimbangi kemampuan berbahasa asing sang anak, tapi juga memotivasi anak untuk terus meningkatkan keahliannya.