Hari Ibu 2012

By nova.id, Kamis, 20 Desember 2012 | 20:08 WIB
Hari Ibu 2012 (nova.id)

Menurut saya Hari Ibu itu adalah memperingati seseorang atau seorang ibu yang berjasa dalam hidup saya. Orang yang berjasa dalam hidup saya siapa lagi kalau bukan ibu saya sendiri. Dan, sampai sekarang pusat  kehidupan saya masih sosok ibu. Oleh karena itu hidup saya memang saya dedikasikan buat ibu saya.  Adanya  Hari Ibu ini saya dedikasikan dengan ibu saya yang semakin terasa ketika saya menjadi seorang ibu.

Saya ingat perjuangan sosok ibu saya waktu dulu. Saat saya dukuk di kelas 1 SMP, ayah saya Sabar Setiadi meninggal. Makanya, ibu saya Nuraina (62), yang membesarkan lima orang anak-anaknya termasuk saya. Padahal, ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa dengan sekolah hanya sampai kelas 1 SD dan hidup dan membesarkan anak-anaknya dengan mengharapkan pensiun ayah saya yang tentara.

Setelah saya dewasa, saya jadi semakin merasa peran ketika saya kemudian jadi seorang ibu. Ternyata berat sekali menjadi seorang ibu itu. Saya selalu berbisik dalam hati, apa bisa saya  besarkan anak-anak dengan baik seperti yang dilakukan ibu saya dulu.

Dengan kenyatan yang kami hadapi dengan mata kepala sendiri. Kami lima bersaudara ini makin giat sekolah dan sekolah setinggi-tingginya. Kami bertekad tidak akan mau menyusahkan ibu. Sekarang, abang saya ada yang bekerja di salah satu bank pemerintah, ada yang AURI dan setelah anak-anak abang saya dewasa mereka juga dapat pekerjaan yang bagus.

Dan, itu yang makin membuat saya bertanya dalam hati apakah saya bisa seperti pengasuhan ibu saya terhadap anak-anaknya. Hari Ibu ini juga sebenarnya bermula dari bertemunya para pejuang wanita Indonesia pada Kongres Perempuan Indonesia I , 22-25 Desember 1928 di Yokyakarta, di Gedung Dalem Jayadipuran.

Kongres itu dihadiri 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Salah satu hasil dari Kongres itu adalah terbentuknya Kongres Perempuan atau dikenal dengan Kongres wanita Indonesia. Kalau sekarang saya pikir wanita itu punya kebebasan besar untuk melakukan hal apa saja, sekolah dan karir. Kalau Indonesia  ada kesetaraan itu, bakan di beberapa kultur yang biasanya selalu menganut hkum waris dalam Islam, sekarang anak laki-laki dan perempuan dibagi sama rata saja.

Ibaratnya, kalau kasih uang pada ibu semua bisa diatasi seperti sekolah anak dan kebutuhan rumah tangga. Tapi, kalau diberikan ke seorang bapak belum tentu bisa mengatasinya. Karena itulah peran ibu dalam ekonomi rumah tangga sangatlah besar.

Koperasi di desa-desa banyak ditujukan kepada kaum ibu. Namun, dari sekian banyak kelebihan wanita tapi  masih ada sebagian perempuan bertingkah laku salah dan bertindak tidak sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan seperti tidak mau menyusui anaknya.

Kalau di Indonesia peran seorang ibu masih dalam reelnya. Konon bagaimana pun hebatnya seorang ibu kodrat yang diberikan Tuhan padanya sebagai seorang ibu harus dijalankan.Seperti hal nya  memberi ASI pada bayinya. Namun, untuk mengurus rumah tangga itu ada kesepakatan bersama suami. Banyak juga lho wanita karir yang rumah tangganya sukses. Namun, ada juga yang karirnya sukses tapi rumah nya tidak.

Menurut penelitian mahasiswa saya tahun di Pemerintahan dan Perawat. Ternyata banyak ibu yang rela meninggalkan pekerjaannya demi anak. Apalagi menurut budaya Timur, jika anak sakit maka yang lebih sering ibu yang sering mengalah untuk tidak bekerja. Sebagai seorang ibu kita harus bisa memilih konflik.  

 Sekuntum Melati Lambang Kasih Nan Suci

Ibu Indonesia, Pembina Tunas Bangsa

Berkorban Sadar Cita, Tercapai Dengan Giat Bekerja

Merdeka Laksanakan Bhakti Pada Ibu Pertiwi

Itu adalah penggalan Hymne Hari Ibu. Pasti sangat familiar bagi para Pegawai Negeri yang mengikuti upacara Hari Ibu. Alasannya, karena lagu itu selalu dinyanyikan di setiap upacara peringatan Hari Ibu. Ya, lambang Hari Ibu adalah setangkai bunga melati dengan kuntumnya. Secara pasti tak tahu sejarahnya kenapa bunga melati yang dijadikan Lambang Hari Ibu.

Peringatan hari Ibu itu sebenarnya untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, bahwa betapa besar jasa para pejuang perempuan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan itu sendiri untuk memperjuangkan kesatuan, persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Hakekat Hari Ibu di Indonesia adalah nasionalisme kaum hawa Indonesia.

Debbi Safinaz