Ammar Zoni Stres Saat "Dibuang" Sang Ayah ke Tanah Minang

By nova.id, Senin, 23 Februari 2015 | 10:23 WIB
Ammar Zoni Stres Saat Dibuang Sang Ayah ke Tanah Minang (nova.id)

Ammar Zoni Stres Saat Dibuang Sang Ayah ke Tanah Minang (nova.id)

"Foto: IST "

Ammar sempat "dibuang" Sang Ayah ke kampung halamannya di pelosok Sumatera Barat. Bagaimana ceritanya? Simak perjalanan masa kecil Ammar Zoni ini.

Sebelum membintangi 7MH, pria kelahiran Depok, 8 Juni 1993 ini bisa dibilang masih "hijau". Ia baru aktif di dunia hiburan pada 2013, dalam sinetron Khanza 2 bersama aktris Velove Vexia. Ia juga ikut andil dalam sinetron Kita Nikah Yuk dan Rahasia Kasih, serta menjadi bintang iklan bersama Agnes Monica.

Dan melalui peran Rajo Langit di 7MH lah, Ammar mulai menjadi idola baru di dunia hiburan. Tanpa bermaksud memuji diri sendiri, Ammar berkata ia memang menyukai karakter yang ia mainkan tersebut.

"Saya merasakan soul-nya. Saya juga bisa menyalurkan bakat bela diri silat yang saya punya. Di dalam tubuh saya juga mengalir darah Minang, yang tambah memudahkan saya berakting," ucapnya senang.

Terlahir sebagai sulung dari 3 bersaudara dari pasangan Suhendri Zoni dan Sri Mulyatini, kehidupan Ammar ternyata punya kisah menarik. Saat kelas 6 SD, ibunda tercintanya meninggal dunia. Sejak itu ia tumbuh menjadi anak yang bengal, yang tak jarang membuat ayahnya kehabisan rasa sabar.

Kemudian kelas 1 SMA, Ammar pun dikirim ke Muara Labuh, Solok Selatan, Sumatera Barat. "Lelah menangani saya, Ayah mengirim ke kampung halamannya. Saya tinggal sama kakek, Gandhi Raisan Alravi. Beliau keturunan Pakistan yang menikah dengan nenek saya dari suku Minang," kenang penggemar Leonardo DiCaprio ini.

Keputusan tersebut diambil ayahnya lantaran Ammar menjadi pribadi yang susah diatur. Bayangkan, sejak lulus SD, Ammar pindah sekolah hingga lebih dari 10 kali. Mulai dari sekolah di Jakarta, Batam, Bandung, hingga kemudian berlabuh di Solok Selatan.

Kali pertama menginjak Tanah Minang, Ammar jelas terkaget-kaget. Ia melihat tak ada minimarket. Hanya ada pasar tradisional. Itupun cuma buka di hari Senin dan Kamis.

Kala itu, Ammar mulai berpikir mengapa ayahnya setega ini? "Saya sempat stres 5 bulan dan tidak sekolah. Istilah orang Minang bilang, alam takambang jadi guru, artinya biar alam yang mengajar kamu."

Benar saja, justru di Solok Selatan, ia memetik banyak pelajaran. "Sejak tinggal dengan kakek, saya jadi banyak belajar tentang kehidupan," kata Ammar yang memisalkan, kalau mau jajan maka ia harus terlebih dulu bekerja, menggarap sawah, mengurus kebun, menderes getah, memelihara walet. "Kemudian baru kakek memberi saya uang."

Intinya, Ammar belajar cara hidup dan sopan santun. "Usia kakek saya sudah 103 tahun, masih sehat. Ia menjabat semacam ketua adat di sana. Kalau berbicara dengan beliau, pantang bagi saya menatap langsung matanya. Saya mesti menunduk. Itu bagian dari kesantunan," terangnya.