Maizidah Salas, Metamorfosis Sang TKI Ilegal (1)

By nova.id, Sabtu, 22 Agustus 2015 | 04:27 WIB
Maizidah Salas (Foto: Arizona / Dok NOVA) (nova.id)

Kapan akhirnya berangkat ke Taiwan?

Beberapa bulan setelah di penampungan. Katanya, saya bertugas merawat seorang nenek buta. Sampai di sana ternyata beda. Di rumah 3,5 tingkat itu, saya mulai kerja pukul 04.00 pagi dan baru selesai pukul 00.30 tengah malam. Dimulai dari membuat acar kol 24 kg yang membuat tangan perih. Lalu mencuci usus babi 7 kg, menyangrai daging babi 4 kg, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Majikan saya punya rumah makan.

Saya tidak boleh libur, cuti, terima gaji, atau bicara dengan orang lain selain keluarga majikan. Karena salah paham antara agen dan anak majikan soal penulisan resep, acar kol yang saya buat rasanya tak karuan. Saya dimaki-maki agen dan keluarga majikan mencari-cari kesalahan saya setelah kejadian itu. Bulan keempat, saya dipindah ke majikan baru. Pasangan majikan ini sangat baik dan tidak punya anak.

Anda betah?

Ya. Tugas saya di sana hanya bersih-bersih dan menjaga rumah. Saya disayang majikan, tapi bulan keempat di sana saya dijemput agen karena majikan pertama tak bisa mengambil pembantu baru sebelum saya dipulangkan ke Indonesia. Saya menolak pulang. Namun, dalam perjalanan setelah keluar dari rumah majikan, si agen berusaha memperkosa saya, tapi gagal. Atas saran teman-teman sesama TKI, saya melarikan diri dari kantor agen tanpa membawa apa pun. Sejak itu saya jadi TKI ilegal.

Lari ke mana?

Selama seminggu sayanebeng di mess teman. Setelah itu utang ke teman untuk membayar agen ilegal. Bulan pertama kerja, tidak dibayar karena gaji diambil agen. Saya kembali melarikan diri dan berutang untuk bayar taksi dan cari pekerjaan berikutnya. Beragam pekerjaan pernah saya lakukan, mulai dari kerja di panti jompo, menjaga lansia, restoran, pabrik selimut, pengalengan jagung, dan pabrik VCD. Tidur di sawah pun pernah.

Beruntung, setelah itu mendapat pekerjaan di pabrik yang lumayan hasilnya. Saya lalu menyewa apartemen bersama teman sedesa yang dulu juga tertipu bareng saya. Rupanya, dia juga bekerja di pabrik. Saat itu, saya kembali teringat teman-teman TKI di Taiwan yang kurang beruntung. Akhirnya, apartemen kami gunakan untuk menampung teman-teman yang sedang kena masalah.

Berapa banyak yang ditampung?

Paling hanya 1-5 orang, karena apartemennya hanya punya satu kamar. Saya memberi mereka makan, mencarikan pekerjaan, dan sedikit uang. Meski hanya bisa membantu sedikit, saya senang. Dari situ saya melihat, TKI resmi juga banyak yang bermasalah. Ada TKI yang mengalami kecelakaan tapi didiamkan saja. Saya lalu membawanya ke rumah sakit, memberinya makan dan baju dengan gaji saya. Selama empat tahun saya bekerja secara ilegal dan bisa dibilang tak punya uang karena habis untuk membantu teman-teman dan hidup saya sendiri. Suatu hari, saya dijebak polisi yang mengaku calon majikan. 

Hasuna Daylailatu