Cerita Cinta GKR Hayu dan KPH Notonegoro

By nova.id, Senin, 21 Oktober 2013 | 03:18 WIB
Cerita Cinta GKR Hayu dan KPH Notonegoro (nova.id)

Cerita Cinta GKR Hayu dan KPH Notonegoro (nova.id)

"Undangan pernikahan (ist) "

Setelah sempat putus-nyambung menjalin asmara,  GKR Hayu dan KPH Notonegoro sepakat untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Perhelatan Royal Wedding Keraton Yogyakarta pun sedianya akan dilaksanakan pada 21 Oktober 2013 hingga 23 Oktober 2013. Selama hampir 3 hari rakyat Yogyakarta akan ikut menyaksikan perhelatan agung, sekaligus pernikahan agung terakhir dari  putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Lalu bagaimana awal mula pertemuan GKR Hayu dan KPH Notonegoro hingga akhirnya cinta mereka berlabuh di pelaminan?

Hayu dan Noto berpacaran kurang lebih selama 10 tahun dengan kondisi pacaran jarak jauh. Kisah pertemuan mereka sendiri pun terbilang unik karena mereka dipertemukan di sebuah grup chat SMA pada tahun 2000. Kebetulan saat itu,  Hayu baru saja pindah sekolah ke Singapura setelah sebelumnya sempat menempuh pendidikan selama setahun di SMA 3 Yogyakarta (Padmanaba).

Hayu yang saat itu intens berkomunikasi dengan para teman-temannya di SMA 3 melalai channel MIRC, akhirnya pun berkenalan dengan Noto yang juga alumni dari SMA 3. "Waktu itu Padmanaba punya semacam grup chatting di MIRC. Nah, mas Noto itu salah satu moderatornya. Dari situ kenal, terus berlanjut jadi sering ngobrol." kenang Hayu. Sejak itu, komunikasi mereka pun lebih dekat.

Hubungan Hayu dan Noto pun menjadi semakin dekat hingga mereka mengetahui bahwa GKR Hemas (ibunda Hayu) dan ibunda Noto adalah teman dekat sejak SD sampai dengan SMA. Terlebih lagi saat Hayu melanjutkan kuliahnya di Amerika, GKR Hemas pun menitipkan putrinya kepada Noto yang kebetulan saat itu sedang melanjutkan S2 di sana.

Singkat cerita, di musim panas tahun 2003 di US, Noto pun mulai mengungkapkan perasaannya kepada Hayu. disitulah kisah cinta mereka mulai terajut. "Mas Noto ini bisa memenuhi kriteria laki-laki idamanku. Orangnya pintar, ramah, pinter nyanyi dan memainkan instrumen alat musik." tutur Hayu. "Mas Noto juga orang yang ceria dan gampang dekat sama orang, jadi tidak begitu susah untuk dekat sama keluarga." lanjutnya.

Menurut Noto, Hayu merupakan sosok wanita yang berani, mandiri, dan sangat cerdas.  "Saya selalu terkesan dengan kecerdasan Jeng Ratu Hayu dalam bertukar pikiran dan memberikan saran serta masukan yang nggak pernah terpikir oleh saya. Hal ini yang membuat saya semakin mantap untuk memilihnya sebagai pendamping hidup saya," ungkap Noto.

Meski harus menjalani hubungan jarak jauh dalam berpacaran, beruntung ada teknologi yang cukup mendekatkan mereka. Melalui telepon dan chatting keduanya saling berkomunikasi dan mempererat hubungan. Meski dikenal cukup 'ngeyel' dan memiliki perbedaan pendapat dalam setiap permasalahan, namun keduanya cukup memiliki kunci dalam menjalin hubungan jarak jauh.

"Kuncinya ada di komunikasi. Walaupun long distance, komunikasi harus tetap terjaga terus." Noto menambahkan. "Kalau berantem enggak pernah lama. Biasanya cuma butuh waktu untuk menenangkan pikiran supaya bisa berpikir dengan jernih. Abis itu masing-masing biasanya menyadari kesalahannya di mana." lanjut Noto lagi.

Kini, kegigihan Noto untuk mendapatkan seorang wanita sempurna untuk mendampingi hidupnya akhirnya dapat terwujud. Sosok Hayu sendiri rupanya dikenal sebagai sosok yang tidak gampang untuk dijadikan pasangan. Baik dari segi personal maupun dari keluarga. Namun kesabaran Noto akhirnya mampu meluluhkan hati Hayu dan bersedia menerima pinangan Noto sebagai seorang istri.

Antie