Setelah suaminya meninggal, Ani baru menyadari bahwa ada satu persatu petunjuk yang tersisa jelang kepergiaan suaminya. Sebenarnya, pada hari Jumat (6/9) Nurmansyah sempat pulang ke rumah kontrakan mereka di Bekasi.
"Ya, Jumat malam, sabtu itu pulang sekitar jam 11 malam," kata Ani.
Saat di rumah, pria yang disapa Nung itu sempat tak bisa tidur walau tak tampak gelisah.
"Pokoknya tidak mau tidur, padahal sudah makan. Dia bilang pengin tidur dekat anaknya. Sampai cium-cium dan peluk-peluk anaknya terus," lanjutnya.
Perilaku ini memang aneh, mengingat selama 3 tahun menikah, Nung biasanya pulang untuk beristirahat maksimal setelah mengemudi dan mengirim paket.
"Biasanya pulang kerja langsung tidur karena capek. Buat jaga kondisi besok untuk bekerja lagi. Jadi memang pulang selalu maksimalkan untuk istirahat," tambah Ani.
Besok paginya, Sabtu, (9/9), Nurmansyah sempat agak malas berangkat kerja. "Saya sempat tanya, 'Kok, gitu?'. Dan dia jawab, 'Mengantuk'. Saya sempat sindir, mungkin dia ngantuk karena semalam enggak tidur. Setelah mengobrol, dia akhirnya berangkat juga. Saat berangkat itu, dia bilang, 'Ntar ayah pulang cepat'." kata Ani sembari menirukan kata-kata terakhir suaminya sebelum mereka akhirnya berpisah selamanya.
Ani mengiyakan ucapan suaminya dan melepasnya bekerja. Baginya, itu merupakan hal yang wajar mengingat pekerjaan suami sebagai supir ekspedisi PT Adrian Putra.
"Ya, sudah biasa. Dia kalau pulang jam sebelas malam. Kadang pulang, dia menginap di rumah Omnya (Pak Rato) di jalan Warakas, Jakarta Utara karena lebih dekat kantor," papar Ani.
Namun anehnya, Malam Minggu (9/9) sekitar tengah malam, putra mereka satu-satunya, Rizky, yang masih berusia 2 tahun terbangun dan menangis kencang sekali.
"Sempat Iki (nama panggilan anaknya, Red.) menangis keras sekali sampai mukul-mukul tembok. Saya jadi heran, kenapa. Jadi kepikiran ayahnya, kok, belum pulang," ungkap Ani.