Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing (3)

By nova.id, Minggu, 19 Mei 2013 | 13:33 WIB
Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing 3 (nova.id)

Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing 3 (nova.id)

"Net "

Ketika retak pertama muncul di dinding luar Rana Plaza di Dhaka, Bangladesh, beritanya tersebar dengan cepat di antara para pekerja di gedung sembilan lantai ini. Usai tragedi rubuhnya Rana Plaza, pihak berwajib membuka hasil investigasi, gedung ini dibangun tanpa ijin di atas tanah bekas sebuah danau. Fondasi yang rapuh menjadi lebih berbahaya setelah pemilik gedung menambah empat lantai di atas bangunan yang mulanya hanya dirancang sebagai gedung lima lantai.

Sebelumnya, pekerja juga sering mengeluhkan generator yang terletak di lantai empat. Saking kerasnya getaran yang dibuat oleh generator ini, para pekerja merasakan seluruh gedung turut bergetar karenanya. Namun hasil investigasi ini baru terkuak setelah Rana Plaza luluh lantak pada 24 April lalu. Setelah gedung ini mengambil nyawa lebih dari 1.120 orang.

Sehari sebelum tragedi tersebut, Sohel Rana, pemilik gedung ini, memanggil seorang insinyur untuk mengecek keadaan gedung dan memeriksa keluhan para pekerja. Sang insinyur, ujar pihak berwajib belakangan, melihat pilar penyangga di lantai tiga dan merasa ketakutan. Retak pada pilar itu sudah dalam - dan jumlahnya banyak. 

Gedung ini tidak aman, katanya. Seharusnya tidak boleh ada manusia di dalamnya. Tapi Rana mengabaikan saran itu. "Gedung ini akan berdiri hingga seribu tahun lagi," ujarnya membual suatu hari.

Keadaan politik yang tidak stabil di Bangladesh nyatanya sungguh berpengaruh pada industri garmen. Banyaknya demonstrasi dan mogok kerja membuat pekerjaan dan pesanan menumpuk. Para pemilik pabrik tak mau mengambil risiko menghentikan produksi jika ingin memuaskan klien luar negeri mereka.Apalagi, industri garmen di Bangladesh menghasilkan $20 milyar setahun, menasbihkan negara ini sebagai eksportir garmen terbesar kedua di dunia setelah Cina. Maka para pemilik pabrik memberikan ultimatum pada pekerja mereka: tidak kerja, tidak dibayar.

Pagi harinya, Reshma dan beberapa teman sekerjanya melihat retakan yang menghebohkan itu. Menurut Reshma, retakan itu terlihat berbahaya. "Tapi manajer kami hanya berkata, 'Itu hanya kerusakan aliran air. Kembalilah bekerja.'"

Reshma menurut. Ia kembali ke tempat duduknya, salah satu kursi di antara deretan panjang mesin jahit di New Wave Bottoms, pabrik tempatnya bekerja. Satu jam kemudian, listrik padam. Lalu disusul oleh suara gemuruh yang keras.

Pilar-pilar bertumbangan. Balok-balok penyokong gedung ambruk memecahkan kaca-kaca jendela. Debu dan puing menyesakkan udara. Atap di atas kepala Reshma runtuh, begitupun lantai yang ia injak.

"Aku jatuh, dan terus terjatuh," ucap Reshma. Setelah itu, kesadarannya menghilang. Ia jatuh pingsan.

(BERSAMBUNG)

Ajeng/CNN