Kasus ini bermula ketika setahun lalu Makmuri dikenalkan Umr alias Nuriyah oleh seorang teman. Menurut sang teman, Nuriyah sedang punya proyek membuat gedung yayasan yatim piatu. Sebagai pemasang instalasi listrik, Makmuri jelas tertarik.
Dalam pertemuan yang berlangsung di kawasan Cengkareng, ia diberitahu gedung itu akan dibangun tiga lantai. "Siapa yang enggak mau uang banyak? Apalagi Nuriyah bilang mau bangun 17 gedung untuk yayasan. Kalau dihitung, saya bisa untung Rp30 juta dari satu gedung," papar Makmuri.
Lama ditunggu, tak juga ada kabar kapan proyek itu akan dimulai. Iseng, Makmuri mendatangi rumah Nuriyah di Legok Muncang, Bogor. "Dia bilang proyek belum dapat dimulai karena ada masalah perizinan. Tapi pas datang yang ketiga kali, suaminya yang bernama Yosef justru minta uang ke saya sebesar Rp20 juta."
Makmuri pun menanyakan maksud suami Nuriyah itu. Katanya, untuk memuluskan proyek agar segera dimulai. Yosef pun mengiming-imingi dua minggu setelahnya uang tadi akan kembali 10 kali lipat, yaitu Rp200 juta. "Saya jadi tergiur."
Di tangannya hanya ada Rp13 juta, sisanya Makmuri mencari pinjaman dari teman. Begitu terkumpul, ia serahkan uang itu ke Yosef. Ia juga minta kuitansi bermaterai sebagai tanda bukti penyerahan uang. Ternyata, tak hanya kali itu saja Yosef dan Nuriyah meminta uang darinya dengan jumlah beragam. Anehnya, Makmuri mengaku masih berpikir positif hingga ia rela menjual motor dan rumah. "Saya selalu simpan bukti kuitansi dan saya beri uangnya agar proyek lancar. Kalau ditotal jumlahnya Rp380 juta."
Seperti Pembantu
Nuriyah juga mengatakan, lanjut Makmuri, uang tadi akan diganti sebesar Rp700 juta. Padahal, sampai detik ini uang itu tak kunjung diterimanya. Makmuri pun diburu dan diancam teman-temannya yang uangnya ia pinjam. Ia bahkan sempat menggadaikan rumah mertuanya. Tak sanggup bayar ke bank, sang mertua pun mengusirnya. "Mau bayar pakai apa? Proyeknya saja tak pernah mulai."
Pusing menghadapi kasus yang melilitnya, Makmuri lantas memutuskan mengontrak rumah di dekat rumah Nuriyah. Maksudnya agar gampang bertanya sekaligus menghindari para penagih utang di Jakarta. Selama itu, ia tak pernah melihat artis ataupun tokoh yang datang ke rumah perempuan yang mengaku mantan gubernur dan jenderal polisi itu. "Memang selalu ramai orang datang dan pergi, bicara apa saya juga enggak tahu."
Kemudian, katanya, Nuriyah membangun rumah dan minta bantuan Makmuri. "Saya dijanjikan akan dibayar Rp200 ribu per hari." Ternyata, empat bulan kerja tak satu sen pun ia menerima upah. Bahkan, untuk makan dan biaya hidup saja Makmuri mengaku dibantu oleh kiriman uang dari teman-temannya yang masih peduli. "Saya cuma bisa sabar dan istighfar."
Pendek kata, Makmuri lalu bekerja di rumah sang ibu jenderal setiap hari. "Tepatnya seperti pembantu. Mulai bangun rumah, benerin listrik, bikin minuman, dan pijiti suaminya. Libur pun saya kerja." Namun hingga akhir 2012, Makmuti mengaku tak lagi melihat Yosef di rumah itu.
Tak tahan, Makmuri mulai menagih uang ke Nuriyah yang katanya mau bayar per hari Rp50 ribu. "Memang akhirnya bayar, tapi jumlahnya tak sesuai." Melihat kondisi ekonominya kian sulit, Rabu (24/4) malam ia minta uang Rp500 ribu kepada Nuriyah untuk bayar kontrakan dan makan istri serta kedua anaknya.