Karena Ded sudah dekat dengan keluarga Imam, Ahmad mengaku terkejut ia tega menjadi otak pembunuhan Imam. "Beberapa kali saat Ded kesulitan, Kakak meminjami dia uang. Malah, saat keluarga sedang liburan, Ded juga pernah ikut serta," katanya sambil menggelengkan kepala.
Membaca pengakuan Ded yang dirilis oleh Polda Metro Jaya pada Kamis (21/3) yang mengaku ia kecewa pada Imam karena merasa ditipu, Ahmad hanya bisa mengurut dada. "Pasalnya selama ini Kakak tak pernah berintrik dengan orang. Beliau juga dikenal sebagai orang baik."
Sebagai anak sulung, Imam bagi Ahmad dan tiga saudaranya yang lain merupakan sosok pengganti Ayah mereka. "Ayah kami lumpuh sejak kakak kelas 6 SD dan meninggal saat Kakak SMA. Praktis, Kakak yang menjadi Ayah bagi kami semua. Apalagi dulu, keluarga kami hidup serba kekurangan. Maka Kakak dan kemampuan wirausahanya menjadi contoh buat adik-adiknya."
Sebagai adik yang paling dekat dengan Imam, Ahmad mengambil tanggungjawab sebagai juru bicara keluarga yang menghadapi pertanyaan media. Ahmad jugalah harus menjadi pengantar berita buruk soal penemuan mayat Imam kepada istri dan anaknya. "Saat saya sampaikan berita ini ke Mbak Ifa, kami bertangisan. Tapi yang membuat saya salut, Mbak Ifa sangat tegar," tutur Ahmad sambil menepis beberapa pemberitaan yang menyebut Ifa sempat histeris dan pingsan ketika jenasah Imam tiba. "Tidak ada itu, Mbak Ifa sangat kuat menerimanya."
Kematian Imam dengan cara ini diakui Ahmad merupakan pukulan yang sangat besar bagi keluarganya. Namun, "Sepertinya Kakak selama hidupnya sudah memupuk amal baik. Mudah-mudahan beliau sudah siap dipanggil Yang Kuasa," ujar Ahmad yang cukup kaget ketika menyaksikan ratusan orang datang untuk menyalatkan Imam saat jenazah tiba di kediaman mereka, Rawalumbu, Bekasi. "Bahkan para tetangga dengan sukarela membantu mengurus surat-surat kematian Kakak. Kami sangat bersyukur," pungkasnya.
Ajeng