Vina di Mata Nenek dan Pamannya

By nova.id, Jumat, 22 Maret 2013 | 09:29 WIB
Vina di Mata Nenek dan Pamannya (nova.id)

Vina di Mata Nenek dan Pamannya (nova.id)

"Teguh dan Kartini. Foto: Henry/NOVA "

Meninggalnya Davina Lira Putri,  gadis cilik lima tahun yang dianiaya Ds (18) , ibu tirinya membuat segenap keluarganya ikut berduka. Saat ditemui di rumah duka di Desa Sidoharjo, Pringsewu, Lampung,  wajah-wajah duka begitu terlihat, termasuk Teguh, paman Vina. "Vina sangat dekat dengan saya," ujar Teguh.

Dikisahkan Teguh, Vina adalah keponakan yang nasibnya tidak beruntung. Ketika Vina umur 4 tahun, orangtuanya, pasangan Agus Wastio dan Eka sudah cerai. "Selanjutnya, Vina ikut saya sebelum Agus menikah lagi. Agus, kan, kerja sebagai sopir. Ia sering ke luar kota. Ia selalu tidur dengan saya. Bahkan, dia memanggil saya dengan sapaan Bapak, sedangkan kepada Agus, Vina memanggil ayah," tutur Teguh.

Begitu dekatnya, Vina jadi manja kepada Teguh. "Dia enggak sungkan kepada saya. Kalau jalan-jalan, Vina suka sekali dibelikan yakult.  Karena semua keluarga sayang padanya, dia enggak pernah bertanya tentang ibu kandungnya. Dia juga menjadi anak kreatif. Meski orangtuanya tak utuh, sifatnya begitu periang. Dia suka sekali nyanyi-nyanyi," lanjut Teguh.

Kartini, sang nenek menyambung, ""Wah, dia suka sekali menirukan suara penyanyi di depan teve. Kehadirannya membuat suasana rumah kami jadi begitu hangat," ujar Kartini.

Sampai suatu ketika, Agus dekat dengan Ds. "Sebenarnya keluarga kami tidak suka dengan Ds. Orangnya tampak tidak ramah. Meski begitu, karena Agus suka padanya, mau enggak mau kami sekeluarga merestui hubungan mereka."

Setelah Agus menikah dengan Ds, lanjut Teguh, awalnya mereka kontrak rumah di Kampung Sidoharjo, tak jauh dari kediaman mereka. "Vina masih sering main ke rumah. Pernah kami dapati tubuhnya ada bekas cubitan. Setiap saya tanya, dia enggak mau mengaku. Vina hanya bilang takut sama Mama Ds karena galak.

Hanya kepada neneknya Vina mengaku pernah dicubit Ds. Selain itu, "Selama bersama ibu tirinya, Vina tampak kurang terawat. Salah satu contohnya, saat saya mandikan, tubuhnya penuh daki. Padahal, selama bersama keluarga kami, saya sering memandikannya dengan air hangat. Pokoknya sangat terawat," imbuh Kartini.

Ketika Agus pamit ingin tinggal di Jakarta, sebenarnya Kartini lebih suka Vina ikut keluarganya. "Tapi, Vina ingin tinggal bersama ayahnya. Tentu saja kami memberi kebebasan pada Vina. Toh, semua ini demi kebaikannya. Saya dan keluarga hanya berharap, Vina baik-baik saja."

Ternyata, keinginan Kartini sangat bertolak belakang dengan kenyataan. "Kejadiannya malah seperti ini. Vina memang pulang, tapi dalam keadaan sudah tak benyawa. Tentu keluarga kami sangat kehilangan."

Teguh hanya bisa menduga, "Mungkin Ds belum siap berumah tangga. Dia tidak bisa merawat anak dengan baik.  Sayangnya, justru Vina yang jadi korban. Mudah-mudahan, kelak Agus tak salah lagi memilih pasangan," kata Teguh yang berharap Ds dihukum berat sesuai dengan perbuatannya.

Henry