Masa Kecil yang Pahit Penganiaya Anak Tiri

By nova.id, Kamis, 21 Maret 2013 | 00:04 WIB
Masa Kecil yang Pahit Penganiaya Anak Tiri (nova.id)

Masa Kecil yang Pahit Penganiaya Anak Tiri (nova.id)

"Foto: Laili/NOVA "

Apa yang dilakukan oleh DS (19) pelaku penganiayaan anak tiri yang kini ditahan di Polres Tangerang ternyata ada kaitannya dengan masa lalunya yang kelabu. Kepada Tabloidnova.com,  penganiaya Davina hingga meninggal ini mengaku punya pengalaman pahit di masa kecil.  "Saya pernah dapat perlakuan kasar dari ibu tiri saya. Waktu itu, ayah dan ibu saya  sudah bercerai dan saya harus ikut ibu tiri saya berinisial EN di Bukit Kemuning, Lampung Utara," tutur DS mengawali kisahnya.

Selama tinggal bersama ayah kandung dan ibu tiri, DS mengaku tak sempat merasakan kasih sayang orangtua lagi. Dirinya harus bekerja  keras demi membiayai sekolah dan hidupnya sendiri. "Selama itu aku mengumpulkan botol dan gelas plastik lalu memisahkan botol air minum kemasan merek tertentu demi sekolah karena aku tidak minta uang sama bapak. Tapi hasil kerjaku itu kerap diambil sama ibu tiri," keluhnya.

Penyiksaan yang pernah dirasakan DS terjadi pada bulan puasa di tahun 2010. Saat itu, yang ingin bersantap sahur dengan mie instan dimarahi oleh ibu tirinya dengan kasar. "Mie yang dihidangkan cuma satu dan kumakan. Aku dimarahi ibu tiri, katanya, itu mie bukan buat aku tapi buat adikku. Lalu mulutku ditempeleng dan disuapi paksa," kisahnya.

Bukan hanya perlakuan kasar itu yang didapat, DS juga pernah dipukul, dicekek hingga dibanting ke kasur. "Pokoknya aku sering disiksa ibu tiri waktu masih duduk di kelas 3 SMP," ungkapnya kepada tabloidnova.com.

Beruntung, DS tidak sampai masuk rumah sakit. Namun yang kurang beruntung, akirnya sang ayah memulangkan DS ke keluarga ibu kandungnya di Baturaja, Palembang, karena ibu kandungnya masih merantau menjadi PRT (pembantu rumah tangga) di Tangerang. "Hal yang paling menyakitkan, bapakku lebih memilih ibu tiri ketimbang aku. Sudah dianiaya, aku dipulangkan ke keluarga ibu kandung," tutur DS pilu hingga air matanya menggenang.

Setelah DS duduk di bangku kelas 1 SMK Trisakti jurusan sekretaris, dirinya mendengar jika ayahnya telah bercerai kembali. Demi mendengar hal tersebut, DS terdorong untuk mencari adiknya yang sempat ikut ibu tirinya. Dan, DSD sedikit lega karena telah menemukan adik kandungnya yang dirawat oleh istri keempat ayahnya.

"Waktu nikah dengan duda anak satu, saya tidak bisa kasar sama anak. Soalnya saya merasakan pernah diperlakukan ibu tiri seperti itu," ujarnya kemudian sembari mengisahkan ketika menikahi Agus Wasito (36) dirinya sempat dinasehati oleh ayah kandungnya untuk tidak memukul anak.

"Bapak nasehati kalau sebal sama anak dan sampai memukul, pukul saja pantatnya karena enggak akan kena syaraf kemana-mana. Saya biasa memukul (Vina) di pantat dan tidak pernah memukul yang lain," aku DSD.

 Laili