Pada intinya, penahanan dilakukan apabila ditakutkan terdakwa akan melarikan diri, merusak barang bukti, atau mengulangi lagi tindakannya. Ketiga poin itu tidak ada pada Rasyid. Yang menjamin Rasyid adalah Hatta Rajasa, ayahnya, Menko Perekonomian Republik Indonesia. Masak, sih, Rasyid mau melarikan diri? Kan, tidak mungkin.
Pada kasus pelanggaran lalu lintas serupa, apakah tersangka juga pasti ditahan?
R: Baru-baru ini malah ada kasus di Purbalingga seorang ibu yang mengakibatkan kecelakaan hingga anaknya meninggal dicabut status tersangkanya dan kasusnya ditutup. Sementara itu, Rasyid sudah bersedia membiayai perawatan para korban, bahkan anak-anaknya pun dibiayai sekolahnya, dan mereka sepakat kejadian ini adalah musibah dan berdamai dengan Rasyid. Kenapa masih diproses?
E: Banyak sekali kasus serupa yang terjadi di Indonesia yang bahkan tak pernah sampai ke meja hijau. Umumnya yang sampai ke tahap sidang adalah kasus yang pelakunya tabrak lari atau pelakunya positif mengonsumsi minuman keras atau narkoba. Ya, silakan simpulkan sendiri.
R: Tidak ada urgensinya mencekal Rasyid. Dia keluar rumah untuk bersosialisasi saja bisa dihitung dengan jari. Dia tidak pernah mau menyetir sendiri lagi. Ke mana-mana selalu bersama sopir, duduk di kursi belakang, ditemani ibu atau tantenya. Lalu, dia pegang erat-erat tangan ibu atau tantenya itu. Pacaran saja tak pernah berduaan, selalu ditemani tante atau kakaknya. Separah itu memang trauma Rasyid.
Jangankan ke London yang harus naik pesawat. Ke RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina di mana Rasyid menjalani terapi, Red.) saja, mobilnya diminta jalan pelan-pelan sekali. Jadi, sekali lagi, tidak ada urgensinya mencekal Rasyid. Dia tidak akan melarikan diri.
Kenapa selama ini pihak Rasyid tak pernah memberi pernyataan atau klarifikasi kepada media?
R: Kami merasa tidak perlu membela diri atas setiap sentimen negatif yang ditujukan ke Rasyid. Nanti pasti ada waktunya Rasyid keluar dan bicara kepada pers. Lagipula, pemberitaan yang ada hingga kini dirasa memojokkan dan menghakimi Rasyid. Ibu Okke (Oktinawati Ulfa Dariah, ibunda Rasyid, Red.) juga merasa sangat dipojokkan oleh pemberitaan.
Bahkan ketika Rasyid masih dititipkan di RS Polri usai kejadian, dua televisi swasta menayangkan berita dengan animasi simulasi kecelakaan yang mereka karang sendiri. Ada gambar mobil terguling dan orang-orang berhamburan dari dalamnya. Komentar Rasyid saat menonton tayangan itu, "Lho, kok, gitu simulasinya? Kan, (kejadiannya) enggak begitu..."
Ini yang membuat dia sedih. Lalu banyak yang bilang, "Oh, Rasyid sedih pasti karena merasa bersalah." Bukan begitu. Dia sedih karena kecewa, mengapa orang-orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya memojokkan dia. Semua hanya berasumsi. Kami bahkan sempat diundang untuk membahas kasus ini di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), tapi kami tolak karena kami tak mau membela diri. Kami lebih fokus ke kondisi Rasyid. Bila dia sudah pulih, dia bisa mengungkapkan informasi yang akurat untuk kasus ini.
Bagaimana Ibu Okke mendukung Rasyid melalui proses ini?
R: Ibu sangat tegar dan suportif. Terlihat sekali kasih sayangnya. Tak pernah ada kata-kata yang nadanya menyalahkan Rasyid. Ibu dan seluruh keluarga juga tahu, ini adalah musibah yang harus dijalani sekuat mungkin. Ibu selalu bilang, "Acid harus kuat. Seperti yang Acid bilang, Acid harus berani tanggung jawab." Tapi sepulang dari sidang kemarin, Ibu sempat bilang, "Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pengadilan karena anak. Sudah, ya, jangan pernah lagi..."
Sebelum kasus ini terjadi, seperti apa keseharian Rasyid?
E: Sebenarnya, setelah saya mengenal Rasyid cukup dekat akibat kasus ini, saya juga kaget. Ternyata dia pengusaha muda yang sukses. Dia punya peternakan lele yang besar dan membantu banyak pengusaha kecil. Alasannya mendirikan usaha lele pun sangat luar biasa. Dia bilang, masyarakat Indonesia kurang protein. Daging mahal, sementara ada sumber protein lain yang murah yakni lele. Usaha ini dia urus sendiri mulai dari modal, perizinan, dan tetek bengeknya. Bahkan keluarga baru tahu dia punya usaha ketika Rasyid mau panen. Sebelum kasus ini, dia juga tengah mengembangkan usaha ikan kerapu di Bali untuk pasar ekspor.
Rasyid itu sederhana sekali. Di London, dia suka sekali naik sepeda. Dia tinggal bersama kakaknya dan berteman dengan mahasiswa beasiswa yang kebanyakan bukan orang kaya. Di sana, dia jadi instruktur olahraga buat anak-anak. Nah, tabungan uang saku dari orangtua dan hasil kerja itu yang dia pakai sebagai modal usaha.
Astudestra Ajengrastri