Ojek motor pakai argo? Ya, inilah konsep baru ojek yang dikembangkan Riyandri Tjahjadi (22) bersama rekannya Nusa Ramadhan. Ryan yang bertugas sebagai chief operating officer, menyebut moda transportasi ini sebagai taksi motor, merujuk pada taksi yang memakai argometer. "Taksi motor ini kami beri nama Transjek. Tak ada hubungannya dengan Transjakarta, lho. Ini ojek pakai argo," kisah Ryan.
Taksi motor ini mulai meluncur menembus kemacetan Jakarta sejak September lalu. "Memang masih baru. Tapi sambutan warga bagus banget. Kami memang ingin memenuhi kebutuhan warga yang mengeluhkan kemacetan Jakarta. Ojek jadi salah satu alternatif," lanjut Ryan.
Tentu saja, tak sembarang ojek. Ojek ini dikonsepkan memberi kenyamanan bagi penggunanya. "Idenya berawal dari pengalaman pribadi. Dulu, saya suka naik ojek. Yang saya keluhkan, tarif ojek biasa ada standar harga yang pasti. Misalnya dari kawasan Blok M ke Cilandak, berangkatnya Rp 30 ribu, tapi pulangnya Rp 50 ribu. Istilahnya, tukang ojek biasa nembak harga."
Keluhan lainnya, pengemudi ojek suka ugal-ugalan di jalan. "Kadang tak pakai helm. Belum lagi saat hujan seperti sekarang, sudah pasti penumpangnya kehujanan. Nah, berangkat dari keluhan inilah, saya ingin menyediakan ojek yang nyaman bagi masyarakat."
Pengemudi Berkualitas
Bersama Nusa, Ryan mulai menggagas pemakaian argometer untuk memberi jawaban soal kepastian harga. "Kalaupun kemarin dan hari ini ada perbedaan harga untuk jarak yang sama, itu karena kondisi jalanan pas macet. Saya juga pilih motor matic yang nyaman. Tak kalah penting, tentu saja perilaku pengemudinya. Kami beri training bagi pengemudi selama tiga hari. Mulai dari safety riding, bersikap sopan ke customer. Intinya memberi servis baik ke pelanggan. Pengemudi juga tak boleh ngebut. Dilarang mengendarai motor dengan kecepatan di atas 60 km/jam."
Menurut Ryan, butuh waktu sekitar 6 bulan untuk persiapan. Mulai dari survei pasar, promosi, pemilihan motor, dan kelengkapannya. "Demi kenyamanan penumpang, motornya kami beri sandaran. Kami juga menyiapkan jas hujan, masker, dan penutup rambut sekali pakai. Ini juga demi kenyamanan penumpang yang risih menggunakan helm yang dipakai banyak orang. Soal helm, tentu tiap hari kami cuci."
Yang cukup sulit, kata Ryan, adalah mencari pengemudi. "Bukan hanya soal teknik mengemudi, tapi juga soal kepercayaan. Kami, kan, memercayakan dia pegang motor. Tentu yang sangat kami perhatikan adalah attitude pengemudi. Awalnya, saya mendekati tukang ojek biasa. Saya pikir bisa jadi peluang bagus buat mereka. Ternyata, banyak yang enggak mau. Mereka rata-rata keberatan dengan jam kerja. Selama ini, kan, banyak yang ngojek sambilan. Padahal, kami butuh yang jam kerjanya pasti."
Ryan pun membuka lowongan kerja di koran. Mulailah banyak calon pengemudi melamar kerja. Butuh beberapa kali buka lowongan sampai akhirnya Ryan menemukan pengemudi yang sesuai standar perusahaannya. Setelah siap, Ryan meluncurkan taksi motornya sebanyak 20 armada. "Promosinya, saya gunakan media sosial Facebook dan Twitter. Juga menyebarkan brosur," kata Ryan yang membidik pelanggan kalangan orang kantoran dan mahasiswa. Untuk 1 km pertama, imbuh Ryan, tarifnya Rp 4.000, selanjutnya Rp 3.000.
Untuk menggunakan jasa taksi motor, pelanggan tinggal telepon ke nomor 021-46295555 atau via SMS ke 081317484855. "Armada kami siap menjemput. Sementara ini baru ada di wilayah Jakarta Selatan, Pusat, dan Barat. Armada kami masih terbatas. Tapi untuk tujuan pengantaran, bebas ke mana saja. Ada juga pelanggan kami dari Tangerang. "
Namun pelanggan juga bisa mencegat seandainya taksi motor ini kebetulan melintas. "Ciri-ciri motornya mudah terlihat. Sepeda motor dan jaket pengemudinya berwarna putih, ada tulisan Transjek, dan argometernya terlihat jelas," kata Ryan yang sebagian pelanggannya karyawan yang berkantor di Jl. Sudirman dan Kuningan.
Langganan Karyawan
Dikatakan Ryan, tak butuh waktu lama untuk mencari pelanggan. Sebelum beroperasi, Ryan dan Nusa memang sudah gencar berpromosi. "Awalnya lewat keluarga dan teman dekat. Lalu cepat menyebar dari mulut ke mulut," ujar Ryan yang menggandeng Anindia Rahmawati untuk menjalankan roda perusahaanya.
Selama ini, kebanyakan order datang lewat pesanan via telepon. "Tapi pengemudi bisa juga jemput bola. Biasanya menunggu di tempat strategis seperti Blok M. Tapi tentu kami tik mangkal di tempat mereka," tutur Ryan yang kebanyakan pelanggannya karyawan kantoran. "Mereka adalah orang-orang yang ingin cepat sampai tujuan."
Karena itulah, jam-jam ramai Transjek di jam pulang kantor, pukul 16.00 - 19.00. Pada jam sibuk ini, "Hampir semua armada jalan. Titik-titik penjemputan antara lain kawasan Thamrin, Sudirman, Kuningan, Fatmawati, Kemang, dan Menteng. Jam anak pulang sekolah juga lumayan ramai. Saat sepi, sih, biasanya pagi hari," kata Ryan yang memberi gaji tetap kepada karyawan plus bonus. "Kalau ditotal, gaji pengemudinya lumayan. Setidaknya sesuai UMR."
Peminat yang terus meningkat membuat Ryan ingin menambah armada dalam waktu dekat. "Kami berharap bisa menambah area penjemputan dan menambah jam kerja. Kami baru beroperasi Senin-Jumat jam 7.30- 21.00, kami ingin bisa lebih pagi. Karena banyak juga permintaan saat week end, kami ingin hari Sabtu juga beroperasi," harap Ryan.
Henry Ismono/ bersambung