"Minggu (6/1) lalu sekitar pukul 21.00 wib seorang oknum polisi menelepon suami saya. Suara di seberang menjelaskan kalau anak perempuan kami, D (15) dan teman lelakinya A (17) menabrak mobil mereka. Mendengar pengakuan oknum polisi itu suami saya tak percaya. Dia minta telepon itu diberikan pada anak saya. Takutnya ini kan modus saja perampok tapi menyaru polisi," ujar Tjen Chin Kardiman (43) dan Yamin Gozali (49) saat ditemui di kantor Biro Bantuan Hukum (BBH) DPD PDI Perjuangan Sumut di Jl Teuku Umar Medan.
Begitu telepon selular D diberikan pada Yamin Gozali. "Di situ saya mendengar suara D gemetar, dia bilang mobilnya menabrak mobil polisi. Setelah itu telepon selular itu kembali di pegang oknum polisi itu lagi," kata Chin yang diiyakan Yamin. Diduga yang melakukan tindakan tak terpuji pada kedua ABG itu adalah oknum anggota Satuan Sabhara Polresta Medan, Brigadir M dan Briptu HS di sekitar kawasan Ring Rod.
Setelah terjadi obrolan singkat akhirnya oknum polisi itu menyuruh Chin dan suaminya ke Rumkit Putri Hijau. Tapi, sesampai di rumah sakit mereka malah disuruh meluncur ke Masko Satuan Sabhara Polresta Medan yang berada persis disebelah rumah sakit.
"Dalam perjalanan menuju ke kantor Sabhara itu pun kami dipandu terus oleh oknum polisi itu untuk menuju ke sana. Oknum polisi itu menjelaskan kalau di kantor Sabhara nanti di depan kantor itu ada anggota lain yang sudah menunggu. "
Begitu tiba di kantor Sabhara, Chin dan Yamin disuruh oknum polisi yang sudah menunggu mereka agar mereka langsung jalan ke belakang. " Nah, di belakang itulah kami melihat teman anak saya tidak mengenakan baju dan hanya memakai sarung saja. Tentu saja saya kaget menyaksikan pemandangan aneh itu. Begitu kami mendekati mereka ternyata tangan anak saya dan temannya diborgol oleh oknum polisi itu. Dan, lebih mengagetkan lagi, ternyata anak saya cuma mengenakan top tank dan celana dalam saja," papar Chin.
Yamin Gozali yang sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan oknum polisi itu lantas bertanya. " Mengapa tangan anak-anak ini diborgol. Apa mereka pemakai narkoba atau perampok. Lalu, suami saya minta agar borgol tangan anaknya dilepas."
Setelah borgol di tangan kedua anak itu lepas , D sambil menangis mengaku kalau oknum polisi yang berjumlah 2 orang itu menyuruhnya buka celana panjangnya dan yang tinggal hanya celana dalamnya saja. Teman lelakinya juga dipaksa suruh buka baju. Kalau mereka tak mau menuruti perintah si oknum polisi itu mereka akan ditembak. " Karena tetap menolak lalu bagian bagian belakang kepala D dan A dipukul mereka," katanya.
Yang paling menjijikan lagi, kata Chin, mereka disuruh berciuman, lalu di foto. Lantas, kedua oknum polisi itu meminta duit pada korban sekitar Rp 20 juta agar mereka dibebaskan. "Seluruh isi tas anak saya digeledah mereka. HP dan dompetnya disita. Lalu, ATM teman anak saya juga disita. Kata oknum polisi itu ada berapa uang di ATM ini. Dengan perasaan berat hati akhirnya teman anak saya bilang kalau isi di ATM nya Rp 15 juta. Oknum polisi itu malah bilang 'mengapa tidak bilang dari tadi kalian punya uang, kalau tidak kita kan bisa damai," tuturnya.
"Kata suami saya kasus ini lanjut terus. Karena kami tak terima dengan perbuatan oknum polisi itu. Kata anak saya mobil mereka saat itu berada di depan mobil polisi itu kok. Jadi, tak ada hubungannya kalau mobil anak saya menabrak mobil polisi itu. Ini adalah modus kejahatan di instansi kepolisian. Masak anak saya dipaksa membuka celana dan berjalan kaki ke mobil patroli," aku Chin menjelaskan saat terjadi kelalaian itu mobil anaknya bukan berhenti tapi dalam keadaan jalan."
Mungkin, kata Chin, karena anaknya tak terbukti menabrak mobil oknum polisi itu, maka dibikin scenario lain. "Anak saya dibilang sudah berbuat mesum. Seakan-akan ini skenario yang dibuat oknum-oknum itu. Lalu, anak-anak kami nyaris ditelanjangi. Terus disuruh berdamai. Memangnya perbuatan apa yang sudah dilakukan anak saya. Apalagi, saat saya tahu anak saya dipaksa suruh buka celana. Rasanya tak sesuai dengan motto polisi yang menganyomi dan melindungi warganya," tandas Chin gusar.
Sabtu (12/1) lalu Chin dan Yamin dengan perasaan galau akhirnya membuat pengaduan ke polisi dan segera mendatangi Biro Bantuan Hukum (BBH) DPD PDI Perjuangan untuk mendampingi anak-anak mereka. " Mereka minta pada kami sebagai kuasa hokum. Kami juga menginginkan agar kasus ini ada tindak lanjutnya. Kalau bisa oknum polisi itu secara institusi kepolisian harus dipecat karena sudah melanggar kode etik. Ini semua dilakukan agar masyarakat merasa aman untuk kedepannya," ujar Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM PDI Perjuangan Sumut H Alamsyah Hamdani SH didampingi salah satu tim pengacaranya, Panca Sarjana Putra SH.
Menurut Panca, dengan kejadian itu tentu saja anak Chin dan Yamin jadi takut dengan polisi. Panca menjelaskan, perkembangan terakhir, pihak Poldasu menyatakan kasus inisudah ditangani. Kami juga mau kasus ini ditindak lanjuti secara serius. Selain pidana juga pemerasan yang sudah mereka lakukan. Serta tindakan asusila terhadap korban. Yang kami inginkan biarlah penyidik Poldasu yang menyimpulkan hukuman apa yang bisa diterapkan pada kedua oknum polisi itu. Jumat besok (18/1) kami dipanggil oleh pihak Poldasu."
Menurut Kasubdit IV/Renakta Poldasu AKBP Juliana Situmorang, SH,CN, dalam waktu dekat kedua oknum polisi itu akan dipanggil. "Tapi, memang benar mobil patroli polisi itu ditabrak oleh kedua ABG itu dan kedua ABG itu sedang melakukan perbuatan mesum di dalam mobil," tutur Juliana.
Debbi Safinaz