Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer (2)

By nova.id, Selasa, 18 Desember 2012 | 03:00 WIB
Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer 2 (nova.id)

Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer 2 (nova.id)
Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer 2 (nova.id)

"Selama bersekolah di Esmod, Rio kerap menjuarai berbagai lomba desain busana. (Foto: Ajeng/NOVA) "

Perang Mulut, Ditampar, Lalu...

Tersangka pelaku pembunuhan Rio, Rif dan rekannya Vy, ditangkap di sebuah rumah persembunyian di Bali, Senin (10/12). Rif dan Vy adalah teman satu SMA. Ditemui di ruang tahanan Mapolsek Semarang Selatan, Rif mengaku memperkenalkan Vy kepada Rio di sebuah resto cepat saji. Kata Rif, Vy tengah perlu pekerjaan. Esok sorenya (Jumat, 7/12), Vy bertandang ke rumah kontrakan Rio.

"Awalnya kami janji bertemu di mal, tapi Rio tak muncul. Saya telepon, dia bilang sudah di rumah. Jadi, saya susul ke rumahnya. Katanya Rio mau kasih kerjaan buat saya," tutur Vy yang sehari-hari jualan pulsa.

Selesai mengobrol sampai malam, Vy mengaku baterai ponselnya habis. Selanjutnya, "Rio menyarankan saya nge-charge HP di kamarnya. Habis itu saya nonton teve di kamar Rio." Tak lama, datanglah Rif.

Sejurus kemudian, kisah Vy, ia mendengar perang mulut antara Rio dan Rif di ruang lain. "Saya tak keluar kamar. Cuma dengar Rif menyebut-nyebut kata "nonton" dan nama saya. Rupanya Rif baru tahu saya ada di rumah itu. Saya tak mengira Rif marah besar."

Ketika Rio mulai berteriak-teriak, "Ampun Dede... Ampun Dede..." (Rio memanggil Rif dengan sapaan Dede, Red.), barulah Vy ke luar kamar. Betapa terkejutnya ia setelah melihat Rio dan Rif dalam posisi sama-sama duduk bersimpuh dan bersimbah darah. "Sepertinya Rif menusuk Rio."

Refleks, Vy mengaku membungkam mulut Rio agar teriakannya tak terdengar tetangga. Upaya membekap mulut Rio tak berhasil karena kelingking Vy digigit Rio. "Ini bekasnya. Lalu saya ambil bantal dari kamar buat menutup mulutnya. Tapi tubuh Rio roboh, tak ada lagi teriakan. Saya lihat Rif juga lemas. Saya seret tubuh Rio ke ruang penyimpanan baju lalu saya pergi naik motor karena panik."

Di perjalanan, Vy menghentikan motornya di sebuah SPBU untuk mencuci tangannya yang berlumuran darah. Ia menelepon Rif, "Berulangkali saya tegaskan ke Rif bahwa saya tak terlibat."

Tak lama, lanjut Vy, Rif datang membawa mobil Rio. "Dia minta saya segera masuk ke mobil. Karena panik, saya ikut saja. Sepanjang jalan saya caci-maki Rif. Saya juga berniat menyerahkan diri ke polisi," papar Vy sambil berkata, ia bukan pria penyuka sesama jenis. Pelarian mereka pun berakhir di Bali.

Kisah Vy, dibenarkan Rif. Nyaris tengah malam itu, Rif datang ke rumah Rio, yang disapanya Aa, dengan segudang kemarahan tak tertahankan. Kemarahan Rif, akunya, dipicu janji-janji Rio yang hendak mengajaknya nonton di bioskop namun tak kunjung ditepati. Malam itu pun sedianya Rio mengajaknya nonton, namun entah mengapa Rio malah mengajak teman pria lain berinisial D.

Gagal nonton, hati kecil Rif terus mendesak untuk segera ke rumah Rio menggunakan taksi. Tak disangka, Vy yang baru sehari dikenalkannya ke Rio malam itu justru ada di dalam kamar. Makin meledaklah kemarahan Rif. "Kami perang mulut. Rio menampar saya waktu saya bilang padanya, kenapa yang dipikirin cuma cowok melulu. Saya balas meninjunya. Selanjutnya saya tak sadar apa yang saya lakukan. Baru tersadar setelah Aa (Rio) berdarah-darah. Saya lemas dan bingung. Sementara Vy sudah lari," papar Rif sambil menunduk.

Ajeng, Rini