Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer (1)

By nova.id, Selasa, 18 Desember 2012 | 00:30 WIB
Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer 1 (nova.id)

Namun, baru saja mobil Prawoto terpakir di halaman rumah sang kerabat setibanya di Kuningan, "Mereka menyambut kami dengan tangis histeris. Bahkan sampai bersujud dan menciumi kaki saya sambil minta maaf," kata Prawoto yang mengaku amat kebingungan melihat perilaku si kerabat.

Ketika ditanya ada apa, jawaban yang diterima pria asal Madiun ini membuatnya terpaku. "Mereka bilang, pelaku yang diduga telah membunuh Rio adalah Rif, anak mereka. Rasanya seperti tersambar geledek di siang bolong."

Rif, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang itu, memang dikenal baik oleh keluarga besar Rio. Selain orangtuanya tinggal tak jauh dari rumah keluarga Rio di Kuningan, mereka pun sempat mudik bersama ke Kuningan pada Lebaran dan Idul Adha lalu. "Saya tak menyangka Rif tega berbuat sekejam itu," ujar Nining lirih.

Kisah di Balik Tewasnya Sang Desainer 1 (nova.id)

""Saya tak menyangka Rif bisa sekejam itu,'' ujar Nining berkaca-kaca. (Foto: Ajeng/NOVA) "

Jadi Berubah

Kedekatan Rio dengan Rif di pengujung hidupnya bukan tak membuahkan tanya di benak keluarga besar Rio. Pasalnya, "Sejak dekat dengan Rif, perilaku Rio kepada keluarga berubah. Dia yang biasanya selalu perhatian, mendadak cuek," kisah Nining.

Rio, lanjutnya, biasanya mengajak keluarganya jalan-jalan dan mentraktir makan, "Tapi waktu itu tidak. Sebaliknya, dia malah mengajak Rif dan keluarganya plesiran," tambah Prawoto. Bahkan, "Rio mengajak Rif dan orangtuanya ke Bandung. Padahal dia janji, kami yang mau diajaknya jalan-jalan. Eh, malah tak jadi," beber Nining.

Apalagi, Nining juga mendengar kabar dari tetangga Rio di Semarang, beberapa waktu lalu kehilangan uang Rp 10 juta dan perhiasan emas dan berlian. "Belakangan kami ketahui, Rif yang mengambil. Setelah ketahuan, hanya perhiasan saja yang dikembalikan. Anehnya, Rio memaafkan Rif."

Penasaran, Nining sempat menanyakan soal hubungan janggal antara Rio dengan Rif. "Rio mengelak. Katanya hanya berteman. Tapi kami merasa, kok, perlakuan Rio terlalu istimewa kepada Rif."

Selama hidupnya, Rio dikenal supel dan tak pilih-pilih teman. Nining juga mengenang Rio sebagai adik yang patuh dan tak punya musuh. Meski, aku Prawoto, beberapa tahun lalu hubungan keluarganya dengan Rio sempat memanas. "Kami memergoki dia bertelepon mesra dengan seorang pria. Kami marah, kemudian Rio menangis minta maaf dan berjanji tak akan mengulangi."

Tak berapa lama setelah insiden itu, Rio pindah ke Semarang. "Mungkin karena di sana dia sendirian dan tak ada yang mengawasi, pergaulannya jadi bebas. Tapi kami tak henti-henti memperingatkan lewat telepon," ujar Prawoto.

Ajeng / bersambung