Para ahli hukum ini, menurut Ayi, juga meminta FO menandatangani surat pernyataan yang menyatakan FO didampingi mereka untuk menjalani proses hukum masalah ini. "Besoknya kami diagendakan sejumlah kegiatan, sehingga kondisi FO drop dan minta pulang. Bagaimana pun juga, kami harus memprioritaskan FO, karena sebetulnya yang dia inginkan adalah ketenangan," tandas Ayi sambil menambahkan, hari itu juga pihaknya pulang ke Garut.
Di sisi lain FO tak menyangka, kasusnya akan diliput media semakin gencar dan terus-menerus. Ditambah lagi, berbagai pemberitaan miring di media dan pernyataan yang dikeluarkan Aceng membuat FO makin syok. Untuk memulihkan semangatnya, keluarga didampingi lembaga perlindungan anak di Garut bermaksud mengajaknya refreshing ke Bandung, Rabu (5/12). Rupanya, di tengah jalan keluarga FO mendapat kabar, Aceng akan datang ke Garut malam itu juga untuk melakukan islah.
"Saya melihat ada antusiasme pada diri FO saat mendengar Pak Aceng mau islah. Jadi kami kembali ke Garut. Sampai di pesantren, Pak Aceng dan rombongan sudah datang," ujar Heri sambil menambahkan, keinginan FO berkaitan dengan kasus ini sebetulnya hanya ada dua. Pertama, Aceng datang untuk meminta maaf kepada keluarganya. Kedua, soal kejelasan status FO. "FO tak minta Pak Aceng meminta maaf kepadanya, melainkan ke orangtuanya. Baginya, orangtua adalah segalanya. Apalagi, kejadian ini membuat ibunya sakit-sakitan."
"Masalah dengan Pak Aceng membuat beban pikirannya bertambah. Ibaratnya, datang saat akan menikah, kan, baik-baik, jadi ketika memulangkan FO, ya, juga baik-baik. Soal status, ia memang ingin ada kejelasan, agar tak timbul masalah saat ia bertemu jodohnya dan ingin menikah kelak. Jadi, FO ingin ada surat pernyataan talak. Itu saja yang dia tunggu sekarang," papar Heri.
Hasuna Daylailatu / bersambung