Unit Link untuk Jangka Panjang
Di masa kini, ada produk investasi banyak ragamnya. Makin banyak perusahaan asuransi yang menawarkan sejumlah bentuk investasi yang menguntungkan bagi nasabahnya. Ada pula yang lebih mengutamakan sisi investasinya dibandingkan manfaat asuransinya. Jenis produk ini sering disebut unit link. "Ini investasi yang ada asuransinya. Persentasinya lebih besar di investasinya," papar Ugahary Riffung, konsultan Personal Finance ketika ditemui di Kelapa Gading beberapa waktu lalu.
Nasabah yang memilih bentuk investasi ini, kata Riffung, hanya diharuskan membayar sekali saja. Namun asuransi yang di-cover hanyalah berupa asuransi jiwa. "Biasanya uang pertanggungan yang diberikan 125 persen. Tapi ada juga perusahaan yang memberikan 150-180 persen." Artinya, bila nasabah meninggal dunia akan mendapat uang pertanggungan plus sejumlah dana yang disetor plus bunganya."
Hanya saja yang harus diperhatikan, tidak semua perusahaan asuransi menerapkan aturan yang sama. "Ketentuan tiap perusahaan asuransi bisa berbeda-beda. Makanya perlu mempelajari detail perjanjian pada polis asuransinya. Jika merasa kurang jelas, sebaiknya langsung ditanyakan kepada agennya sebelum memutuskan untuk membeli polis."
Jenis investasi unit link ini digemari karena bunga yang didapat, lanjut Riffung, biasanya lebih besar dibanding deposito. Namun, Riffung mewanti-wanti, sebaiknya jika uang itu akan digunakan untuk keperluan jangka pendek, lebih aman dimasukkan deposito. "Untuk membeli produk ini lebih baik direncanakan untuk jangka panjang. Jadi uang yang dipakai benar-benar uang menganggur."
Soalnya, jika uang sudah "ditanamkan" pada investasi bentuk ini lalu ditarik tiba-tiba dalam jangka pendek, bisa jadi nilainya akan berkurang. "Uang ini, kan, dimainkan untuk saham. Saat saham turun, nilai uang pasti ikut turun." Jika dana diambil tiba-tiba, bisa juga uang yang ditanamkan belum berkembang besar. "Apalagi di tahun-tahun pertama, uang pengembangannya untuk si agen asuransinya."
Ada tiga jenis fund yang bisa dipilih calon nasabah. Masing-masing punya risiko dan nilai pertambahan yang berbeda. Jenis pertama, cash fund. Bunganya kecil, tapi lebih tinggi dibanding deposito. Untuk jenis ini, nasabah bisa mengambil jangka waktu 1-3 tahun. Kendati demikian, sebaiknya uang diambil sesuaui jangka waktu yang telah disepakati.
"Jenis kedua, managed fund. Ini seperti reksadana. Merupakan penggabungan antara deposito dan saham. Bunganya tentu lebih besar dibanding cash fund. Jangka waktunya sekitar 5 tahun." Dan jenis ketiga, equity fund. "Nah yang ini benar-benar seperti saham. Jangka waktu idealnya sekitar 10 tahun."
Riffung juga mengingatkan, sebelum menentukan pilihan, sebaiknya calon nasabah harus tahu dulu, dana itu untuk dipakai jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Agar uang berkembang maksimal di unit link ini, saran Riffung, sebaiknya mengambil jangka panjang. Paling tidak untuk jangka waktu 10 tahun. "Makanya harus benar-benar pakai uang menganggur. Bisa juga, misalnya, untuk menyiapkan uang sekolah anak yang baru akan dipakai 10 tahun ke depan. Boleh diinvestasikan di unit link."
Riffung mengakui, ada banyak orang yang tak suka produk ini. "Mereka biasanya beli produk asuransi tersendiri, lalu investasinya tersendiri. Teman-teman saya yang jago main saham memilih investasi main saham. Tapi memang tidak semua orang punya kemampuan dan waktu yang sama untuk main saham. Makanya banyak juga yang memilih unit link. Karena hanya di unit link mereka bisa berinvestasi tapi mendapat proteksi asuransi jiwa," jelas Riffung seraya menjelaskan, untuk jenis investasi yang dipilih ini juga tergantung dari profil kita.
Di unit link juga ada yang syariah. "Sistemnya, mereka mengumpulkan premi dari para anggota lewat tanggung renteng antaranggota." Misalnya, bila ada yang sakit, sebagian dana surplus atau dana pengembangan akan dikeluarkan untuk anggota yang sakit. Sisanya untuk pengelola dan dikembangkan lagi. "Sistemnya seperti koperasi. Dalam unit link syariah tidak ada bunga, karena sistemnya yang tanggung renteng." Dana yang terkumpul dari anggota, imbuh Riffung, juga dimainkan di saham. Tetapi bukan saham umum, melainkan di Jakarta Islamic Index.