Kisah Sedih Kaysa dan Aisyah (1)

By nova.id, Selasa, 4 September 2012 | 23:27 WIB
Kisah Sedih Kaysa dan Aisyah 1 (nova.id)

Kisah Sedih Kaysa dan Aisyah 1 (nova.id)

"Keterangan Ivan didepan petugas masih berubah-ubah. Petugas pun akan memeriksa kondisi kejiwaannya. (Foto: Henry Ismono/NOVA) "

Ceria & Menyenangkan 

Bagi Sofyan, motif di balik kejadian ini masih sulit dimengerti. "Saya sempat mendengar kabar, Ivan kecewa karena mantan istrinya mau menikah lagi. Saya enggak tahu dari mana ia mendengar kabar ini. Padahal, semuanya enggak benar. Tapi, kalau pun benar, apa urusannya? Toh, adik saya dengan Ivan sudah resmi cerai," kata Sofyan memendam kesal.

Sofyan hanya bisa menduga-duga. Apakah mungkin Ivan melakukan itu karena pengaruh ilmu tertentu. "Yang saya tahu, selama ini ia tampak bersikap sopan. Sering, kok, dia main ke sini untuk bertemu Kaysa. Kami pun menerima dia dengan baik. Kami, kan, tidak boleh memutus hubungan antara ayah dan anak. Saat ke mari, kadang saya ikut ngobrol dengannya. Orangnya, sih, tampak baik dan sopan."

Hanya saja saat menemui Kaysa, ayahnya jarang sekali memberikan uang saku. "Sebenarnya kami maklum saja. Dia, kan, enggak punya pekerjaan tetap. Selama ini, ia membantu ayahnya yang jualan rak. Makanya, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Nurbaeti mesti bekerja. Saat adik saya bekerja, Kaysa bersama kami. Kadang saya juga menyuapi dia. Ah, anaknya baik sekali."

Tak jarang Kaysa tidur di rumah Sofyan. "Dia sudah seperti anak saya sendiri. Kebetulan saya, kan, tidak punya anak. Kalau saya baru datang dari bepergian, Kaysa selalu menjemput. Lalu, dia minta dibonceng motor. Anaknya pintar dan sangat ceria. Juga dekat dengan semua orang. Coba tanyakan kepada tetangga sekitar. Semua suka padanya. Makanya, ketika ia meninggal banyak yang kehilangan," kata Sofyan dengan terbata-bata.

Sofyan masih ingat dengan keceriaan Kaysa. Beberapa waktu lalu, ayahnya memberi beberapa ekor ayam yang masih kecil. "Bersama Kaysa, saya ikut merawat ayam itu. Saya membuatkan kandang. Sekarang, ayam-ayam itu sudah besar. Wah, Kaysa senang sekali memelihara ayam."

Di kala lain, Kaysa ikut menemani Sofyan saat berbuka puasa beberapa waktu lalu. Si kecil Kaysa memang belum penuh puasa. Namun, ia senang menemani paman-pamannya berbuka. Celotehnya selalu menyegarkan suasana keluarga. "Sungguh dia anak yang sangat menyenangkan."

Kini, Sofyan dan keluarganya hanya berharap polisi mengusut tuntas kasus ini. "Soal hukuman buat Ivan, kami serahkan kepada yang berwajib. Kini, kami konsentrasi pada Nella. Ia tentu trauma dengan kejadian ini. Makanya, sekarang ia kami bawa ke sini. Kasihan dia, adiknya meninggal, ayahnya mesti dipenjara."

Tiba-tiba dari dalam rumah Nurbaeti berseru, "Sudah-sudah ceritanya." Buru-buru Sofyan berujar, "Sudah, ya. Adik saya memang stres bila ada yang bercerita tentang Kaysa." Kepergian balita malang itu memang begitu mengguncang keluarganya.

Henry, Gandhi / bersambung