Pipik Dian Irawati, Ketabahan Seorang Ibu

By nova.id, Selasa, 8 Juli 2014 | 04:48 WIB
Pipik Dian Irawati Ketabahan Seorang Ibu (nova.id)

Pipik Dian Irawati Ketabahan Seorang Ibu (nova.id)

"Foto: Adrianus Adrianto / NOVA "

Sebagai seorang wanita sekaligus ibu dari empat anak, Pipik Dian Irawati (36) terbilang sangat tegar. Ia begitu tabah menghadapi segala cobaan yang menimpa kehidupannya. Setelah kebakaran yang terjadi dua pekan silam, Pipik mencoba kuat menjalani hari-harinya. Ia tetap beraktivitas meski tak lagi tinggal di rumah peninggalan sang suami, (Alm) Ustaz Jefri Al-Buchori atau Uje. "Rumah itu akan dijual demi mewujudkan istana yatim piatu seperti cita-cita kami berdua."

"Alhamdulillah, semua yang datang ini adalah atas izin Allah SWT, baik itu ujian susah dan senang tetap harus disyukuri. Tetap tersenyum meskipun di dalam hati saya menangis, sebisa mungkin saya harus tabah dan kuat. Melihat anak-anak yang sampai saat ini kuat dan ceria, itu menjadi semangat saya," ujar Pipik saat ditemui disela-sela syuting acara talkshow di salah satu stasiun teve.

Sambil melihat gerak-gerik menggemaskan Bilal (putra bungsunya) yang di acara malam itu berkali-kali berjoget, Pipik mengaku banyak hikmah yang diterimanya dalam menyambut bulan Ramadan kali ini. Sebagai single parent dengan predikat ustazah, Pipik merasa segala macam cobaan yang ada di hadapannya bak ujian untuk kenaikan kelas. "Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan hambaNya. Jadi ya, saya bersyukur begitu banyak sahabat dan kerabat yang peduli dan segera memberikan bantuan. Mungkin ini hikmah dari kesabaran."

Mata Pipik pun menerawang kala mengurai cerita pedih itu. Jumat (20/6) sekitar pukul 03.00 dini hari, ia terbangun dari tidur saat mendengar suara langkah di halaman rumahnya. "Tiba-tiba saya terbangun dan seperti ada firasat kurang enak. Selain terdengar bunyi sesuatu, ada bau asap yang tiba-tiba mengganggu pernapasan." Saat sadar ada kebakaran di rumahnya, "Saya berteriak-teriak minta tolong di balkon kamar. Lalu saya bangunkan anak-anak dan asisten. Api sudah menjalar ke mana-mana, sehingga kami harus segera turun dari lantai atas lewat balkon kamar saya," urai Pipik.

Sambil terus berdoa, Pipik dan asistennya yang menggendong Bilal, berusaha mencari jalan untuk turun dari balkon. Beruntung, di depan balkon kamar terdapat dahan pohon kamboja sebagai "jalan" untuk turun ke bawah. Tanpa pikir panjang sekuat tenaga Pipik melompat dari ketinggian agar bisa segera menyelamatkan anak-anaknya. "Setelah peristiwa itu, saya baru sadar kalau kaki saya ternyata terluka," jelasnya.

Jual Rumah

Kini Pipik tinggal di sebuah apartemen milik sahabatnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Setelah peristiwa kebakaran, Pipik tak lantas berdiam diri. Di bulan Ramadan ini, ia memiliki berbagai aktivitas. Seperti tengah bersiap meluncurkan film tentang kisah perjalanan hidup almarhum Uje.

Ia bercerita dirinya tak kuasa menyimpan rasa sedih kala menyaksikan cuplikan penayangan film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu. "Saya selalu tak kuat menahan tangis setiap kali mengingat almarhum," ujarnya sambil berkali-kali menghapus air matanya.

Pipik mengaku selalu merindukan almarhum terlebih di saat-saat seperti sekarang. "Saya jadi teringat, dulu, almarhum pernah mengutarakan keinginannya untuk menjual rumah kami dan membuat istana yatim piatu. Ya, dulu, kami sama-sama ingin menjadikan rumah kami seperti itu. Yang ternyata sekarang, benar-benar terjadi, saya sudah tinggal bersama anak-anak saya yang yatim. Insya Allah, saya akan menjual rumah ini. Saya ingin mewujudkan keinginan almarhum dan keinginan saya selama ini untuk membangun istana anak-anak yatim piatu."

Kisah cinta yang terbalut dalam perjalanan spiritual itu, bagi Pipik berjalan dengan manusiawi. "Saya tidak pernah mengira bahwa perjalanan hidup saya bakal seperti sekarang ini. Dulu kami masih jahiliyah, tidak tahu jika akan menjadi seperti sekarang. Termasuk pesan almarhum agar saya belajar ceramah, belajar menjadi ustazah, dan memandikan jenazah," urainya sambil berharap agar kisah perjalanan dan perjuangan hidup almarhum, baik dalam kehidupan berumah tangga, proses mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga pencapaiannya menjadi seorang ustazah, bisa menginspirasi masyarakat.

Meskipun dilanda musibah, namun Pipik tetap bersemangat menjalani hari-harinya dengan segudang aktivitas. Selain memenuhi undangan sebagai penceramah, ia juga menjadi salah satu juri AKSI Junior. di layar kaca.

Belum lagi Pipik masih mengurus butik miliknya yang terpaksa harus berpindah tempat untuk sementara waktu. Sejak rumahnya diberi garis police line, Pipik dan sejumlah karyawan butiknya tak dapat menyelesaikan pesanan busana. Senin (30/6) malam, dengan ditemani pengacaranya Sandy Arifin dan pihak Polres Jakarta Selatan, ia mencoba mengeluarkan buku-buku, Alquran, dan pakaian. Esoknya, (Selasa 1/7) giliran mesin jahit dan kain-kain bahan keperluan butik diangkut Pipik dan beberapa karyawannya.