Gadis Kecil Itu Meninggal Setelah Menggunakan Alat Tes Kesehatan

By nova.id, Rabu, 15 Agustus 2012 | 02:00 WIB
Gadis Kecil Itu Meninggal Setelah Menggunakan Alat Tes Kesehatan (nova.id)

Gadis Kecil Itu Meninggal Setelah Menggunakan Alat Tes Kesehatan (nova.id)

"Ilustrasi "

Viktoria Tmaneak (7) meninggal dunia setelah menggunakan hand akupuntur, alat tes kesehatan yang diproduksi sebuah perusahaan. Alat itu dipasang di punggung Viktoria yang sedang digendong ibunya, Maria Talan, Senin (13/8/2012) sekitar pukul 10.00 Wita.

"Saya gendong anak saya. Ibu itu lalu memasang alat itu di punggung anak saya. Saat diputar, anak saya teriak tiga kali, mama sakit sekali. Setelah itu alat tersebut dicabut.

Anak saya kentut dua kali dan buang air besar, setelah itu meninggal," tutur Maria saat ditemui di Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ) RSU Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, Selasa (14/8/2012).

Saat ditemui Maria didampingi suaminya Martinus Taom Tmaneak. Keduanya menunggui jenazah anak mereka Viktoria untuk diotopsi. Viktoria adalah warga Kampung Haobikase, Desa Tokbesi, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Peristiwa ini terjadi Senin (13/8/2012). Jenazah Viktoria dibawa ke Kupang untuk divisum.

Martinus dan Maria mengatakan, pada Senin (13/8/2012) pagi sekitar pukul 10.00 Wita, seorang ibu penjual obat membawa alat terapi kesehatan memasang alat itu di tangan Viktoria untuk tes apakah ada penyakit atau tidak.

"Saat itu ada seorang ibu datang bawa alat untuk terapi, dia itu penjual obat. Dia tanya anak saya katanya mau periksa. Kalau keluar warna biru dari alat terapi itu berarti tidak ada penyakit, tetapi kalau warna kuning berarti masih ada penyakit. Lalu anak saya diterapi. Saat baru dimulai, anak saya langsung berteriak mama sakit. Terus, buang air kecil dan air besar. Lalu ibu itu bilang, mama jangan takut dia tidak mati, dia hanya pusing saja. Ternyata anak saya sudah meninggal saat itu," tutur Maria.

Maria mengatakan, "Ibu itu namanya Bolair. Dia jelaskan, alat itu akan menunjukkan kalau ada penyakit berwarna kuning. Kalau tidak ada sakit alat itu berwarna hijau."

Maria menuturkan, setelah alat kesehatan itu dipasang di tangan anaknya, saat itu juga Viktoria berteriak tangannya sakit sehingga anaknya mencabut alat tersebut.

Beberapa saat kemudian, kata Maria, suaminya melaporkan kasus ini ke Polsek Manufui, Biboki Selatan, untuk ditangani.

"Kami ingin tahu, anak kami meninggal karena apa. Apakah karena alat itu atau lainnya, karena sebelumnya anak saya masih sehat seperti biasanya, masih bisa jalan-jalan. Kami minta agar kasus ini diproses sampai tuntas," pinta Maria.

Mereka mengungkapkan, ibu Bolair itu sudah dua kali datang ke rumah. Pertama pada 21 Juli 2012 untuk promosikan produk alat kesehatan dari sebuah perusahaan. Saat itu ibu Bolair membawa obat cair untuk diminum dan tempel sesuatu di kaki Viktoria untuk mengisap darah kotor lalu memberikan obat yang besarnya seperti merica. Obat itu setengahnya direndam dalam air hangat untuk diminum, tetapi Viktoria tidak mau minum. Kemudian ibu Bolair memberikan lagi seperti obat dari botol kecil.

Di tempat yang sama Martinus mengatakan, etelah melihat anaknya kaku, dia langsung menelepon polisi di Polsek Biboki Selatan.

"Saat itu saya langsung telepon polisi dan polisi datang bersama satu orang bidan. Lalu ke Puskesmas Manufui, dari situ ke Rumah Sakit Umum Kefa. Tetapi katanya di Kefa tidak bisa otopsi, makanya datang ke sini (RSUD WZ Johannes Kupang) untuk otopsi Viktoria. Sedangkan ibu itu sudah ditahan oleh polisi di Polsek Biboki Selatan. Alat terapi dari ibu itu berbentuk segi empat seperti kotak dan ada lampunya. Lalu ada alat yang diletakkan di siku anak saya dan ada juga untuk putarnya seperti volume radio. Saat diputar anak saya teriak dan meninggal," kata Martinus.

Ia mengatakan, mereka dari Kefa sekitar pukul 21.00 Wita Senin malam itu dan tiba di Kupang sekitar pukul 01.00 Wita. Sebelumnya, Viktoria anak bungsu dari tiga bersaudara itu masih bermain bersama teman-temannya serta membantu orangtua. Seperti menimba air, mencari kayu api dan kegiatan ringan lainnya.

Martinus mengatakan, sekitar Juli 2012 lalu, ibu tukang terapi itu pernah datang ke rumah mereka. Saat itu dia melakukan terapi anaknya dan memberi sekitar lima jenis obat. Total biaya sebesar Rp 35.000. Ia mengaku anaknya menderita sesak napas, tetapi masih bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya.

Viktoria lalu dibawa mertua Martinus ke SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk didoakan. Namun setelah itu, Martinus dan Maria memutuskan mengambil kembali Viktoria untuk dirawat.

"Pada Maret 2010, Viktoria masuk ke RSU Kefamenanu. Saat itu dokter bilang tidak ada sakit. Hanya saja harus hati-hati serangan jantung dan asma. Jangan membuat sesuatu yang mengagetkan dia. Setelah keluar dari rumah sakit, Viktoria kembali normal, sudah bisa berlari-lari. Sebelumnya kalau jalan sedikit saja, napasnya susah," ujar Maria.

Kepala IPJ RSU Johannes Kupang, Okto Boymau, dikonfirmasi Selasa (14/8/2012), sekitar pukul 14.00 Wita, mengatakan, jenazah Viktoria masih berada di dalam freezer karena menunggu petugas dari Rumah Sakit Bhayangkara Kupang untuk melakukan visum.

.

Pos Kupang