Banyaknya korban dalam insiden ini membuat tim medis AS mendahulukan korban tewas untuk dibawa ke rumah sakit. Rita yang sempat pingsan akibat kehilangan banyak darah kemudian dibawa ke Medical Center di University of Colorado, sementara Patrik dibawa ke Children Hospital di Aurora. Anggiat yang mengalami luka ringan di pelipis mata juga menerima perawatan namun langsung diperbolehkan pulang.
Saat ini, peluru yang bersarang di pinggang Patrik masih belum bisa diambil karena tertutup lemak, sementara Rita sudah dua kali menjalani operasi untuk mengobati luka di tangan kirinya. Perihal peluru yang masih berada di dalam kakinya, "Masih belum diambil. Kata dokternya, sih, aman, enggak apa-apa," ujar Henny.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI juga bertindak cepat. Mereka membantu mempermudah proses mendapatkan visa berkunjung ke AS bagi keluarga Rita. Jumat (27/7) lalu, Rina, saudara kembar Rita dan empat anggota keluarga lainnya bertolak ke AS. Richard Silalahi, ayah Rita, juga akan menyusul ke AS minggu depan. "Mereka akan menemani Rita menjalani pengobatan selama sekitar sebulan."
Di AS, Anggiat sehari-hari bekerja sebagai perawat di dua panti jompo. Meski sama-sama bekerja di panti jompo, namun Rita berprofesi sebagai supervisor di bagian dapur. Terakhir berkomunikasi dengan putrinya, sebut Henny, Rita hanya minta didoakan. "Semoga mereka cepat sehat dan bisa kerja lagi. Jangan sampai cacat. Tinggal di Amerika tapi tidak kerja dan tinggal di rumah saja, bagaimana masa depan mereka?" ujar Henny prihatin.
Terhadap James Holmes alias The Joker yang telah melakukan ini terhadap keluarganya, Henny mengaku tak bisa menyimpan endam. "Saya harap dia dihukum sesuai perbuatannya. Itu saja. Jika akhirnya dia dihukum mati, ya, wajar. Dia seperti pembunuh berdarah dingin," ujar Henny sambil bergidik.
Renty Hutahaean / bersambung