Peristiwa ini bermula ketika Bu, anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Yo dan Lie, harus melunasi utang judi yang dilakukannya di Kampung Baru, Tangerang. Jumat (6/7) lalu, "Sekitar pukul 02.00 saya datang ke rumah orangtua dan dibukakan pintu setelah mengetuk jendela kamar," aku Bu yang hendak minta uang sebesar Rp 500 ribu kepada Yo. Setelah semua anak-anaknya menikah, Yo dan Lie memang hanya tinggal berdua di rumah itu.
Bukannya uang tunai yang didapat, Yo justru marah-marah karena dimintai uang di pagi buta. "Saya dipukul pakai penggorengan siomay," lanjut Bu yang kemudian balas memukul sang ayah dengan besi yang sudah ia persiapkan dari rumah. Yo pun tersungkur. Pertengkaran ayah dan anak itu lantas membangunkan Lie Sek Mio, sang ibu. Alih-alih meredakan emosinya, Bu justru menghampiri ibunya dan memukulnya hingga tubuh Lie roboh. Untuk memastikan jasad kedua orangtuanya sudah meninggal, Bu lalu membakar kertas dan pakaian.
Setelah yakin orangtuanya tak lagi bernyawa, Bu mulai membongkar lemari. Ia menduga ibunya menyimpan banyak uang. "Soalnya, beberapa hari sebelumnya mereka baru saja menerima uang hasil penjualan tanah sebesar Rp 60 juta," kata Bu yang kecele karena di lemari hanya tersimpan uang sebesar Rp 1,3 juta. Uang itu sedianya digunakan Yo untuk biaya operasional Warung siomay. Rupanya uang hasil penjulan tanah itu sudah dimasukkan ke bank.
Uang itu, lanjut Bu, semula direncanakan untuk biaya pemecahan sertifikat tanah rumah dan warung. Rencananya pula, Yo dan Lie akan mewariskan tanah ini ke kelima anaknya. Belum lagi niat itu kesampaian, pasangan suami istri ini sudah menemui ajalnya.
Nasi sudah menjadi bubur. Namun Bu yang hanya menemukan uang Rp 1,3 juta, belakangan mengaku langsung menyerahkan uang itu ke istrinya. Agar tak tertangkap polisi, Bu pun mengatur strategi. "Saya pulang, mandi, dan mencuci semua pakaian dan sepatu," ungkap Bu yang juga sempat membuang potongan besi yang dipakai untuk memukul Yo dan Lie di perjalanan menuju rumahnya.