Afriayani: ''Saya Mimpi Bergandengan dengan Para Korban'' (2)

By nova.id, Selasa, 10 Juli 2012 | 05:01 WIB
Afriayani Saya Mimpi Bergandengan dengan Para Korban 2 (nova.id)

Saya belum pernah terbayang momen itu secara langsung. Namun jika waktu itu datang, insya Allah saya siap. Saya ingin sekali minta maaf. Tak ada lagi hak saya bicara panjang kepada mereka selain kata maaf.

Apa harapan dari hasil persidangan?

Saya serahkan semua kepada pengacara. Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini, termasuk semut, yang mau terkurung seperti ini. Semua pasti ingin agar hukuman tak tinggi. Tapi definisinya apa? Kalau ternyata cuma dihukum setahun tapi dia tak dapat hikmah apa-apa selama di penjara, saat keluar statusnya hanya mantan narapidana.

Saya cuma ingin hukuman yang terbaik dan paling pantas buat saya. Saya tidak pernah mengesampingkan soal korban yang saya tabrak. Dalam doa saya selalu minta pada Allah, berikanlah saya hukuman yang terbaik. Kalau ditanya berapa lama hukumannya, saya tak tahu karena saya yakin itu semua atas izin Allah. Saya berusaha realistis, ikhtiar, doa terhadap rencana Allah.

Apa rencana setelah kasus ini selesai?

Saya suka sekali sejarah dan baca buku. Setelah bebas nanti, cita-cita saya ingin keliling dunia. Ingin menikmati semua ciptaan Allah dan share ke orang-orang bahwa Allah itu ada. Kalau ada kesempatan, saya ingin menulis buku atau catatan yang dimuat. Pada intinya, saya tak mau lepas dari tulisan. Kata-kata punya kekuatan luar biasa.

Insya Allah, saya tidak takut atau khawatir bagaimana kehidupan saya akan berlangsung setelah ini karena Allah yang menjaga saya. Satu hal, saya cuma takut tidak diberi kesempatan berkumpul lagi dengan Bunda. Saya ingin sekali membahagiakannya. Semoga Allah memberi kekuatan agar bisa berkumpul lagi dalam keadaan sehat semuanya. Saya berhak atas pengampunan. Saya bukan orang jahat. Almarhum Ayah mengajarkan saya untuk bertanggung jawab. Jadi, stop judging me sebagai orang tak punya perasaan, stop men-judge keluarga saya karena mereka bukan keluarga pembunuh.

 Ade Ryani