Afriyani: "Saya Mimpi Bergandengan dengan Para Korban" (1)

By nova.id, Senin, 9 Juli 2012 | 23:18 WIB
Afriyani Saya Mimpi Bergandengan dengan Para Korban 1 (nova.id)

Dari kegiatan rutin ini kami menjadi sekumpulan yang kami namai Az-zumar. Itu salah satu surat di Al-Qur'an yang maknanya rombongan-rombongan. Jadi, semua saling menyemangati untuk menjalani kehidupan di sini. Juga mendukung mimpi setelah bebas nanti, bukan sekadar jadi mantan narapidana tapi jadi orang yang lebih baik bagi pribadi dan orang lain.

Siapa yang membuat Anda kuat menjalani semua ini?

 Saya dan keluarga saling menguatkan. Terutama dengan Bunda (Afri terdiam menahan air mata). Bunda sungguh luar biasa. Begitu pula dengan kakak, adik-adik, tante, saudara, dan sahabat-sahabat saya. Mereka selalu ada buat saya dan mereka pula yang menjadi alasan saya harus kuat, tidak boleh cengeng, dan putus asa.

Bunda bisa tiap hari menjenguk ke rutan asal tidak di hari sidang. Para sahabat tiap weekend menjenguk. Dengan segala keterbatasan mereka soal waktu, saya sungguh senang mereka bisa datang (pandangan Afri menerawang jauh). Kalau Bunda mau datang, saya telepon dari wartel di rutan, tanya jam berapa mau datang. Lalu Bunda tawarkan mau dibawakan masakan apa. Bunda, kan, pintar masak. Saya suka semua hasil masakannya. Yang penting ada pedasnya (seulas senyum muncul di bibir Afri).

Saya juga hobi masak, ingin sekali bisa masak di rutan tapi tak bisa lagi. Paling banter masakin sarden di kantin. Oh ya, ada satu benda yang membuat saya kuat, yaitu sekumpulan surat dari keluarga dan para sahabat yang disusun dalam buku. Karena selama di Polda saya benar-benar sendirian dan tak boleh dijenguk, buku itu diberikan ke saya saat rekonstruksi. Sekarang, karena bisa ketemu, biasanya teman-teman membawakan buku bacaan. Salah satu yang "menampar" adalah bukunya Dewi Lestari, sangat provokatif untuk berpikir secara kreatif, melihat sebuah problem dalam hidup.

Pernah merasa dibayangi para korban?

Orang selalu tanya itu. Alhamdulillah, sampai hari ini saya tidak pernah "didatangi" dalam kondisi kemarahan. Begitu juga diganggu atau sejenisnya. Tak pernah sama sekali. Tapi pernah saya bermimpi, saya berjalan di satu tempat bersama sembilan orang yang sosoknya seperti para korban. Saya tak pernah melihat wajah mereka, memang. Saya hanya tahu jumlah dan karakter mereka. Kami jalan bergandengan tangan. Itu mimpi saat saya di Polda Metro Jaya. Setelah itu, tak pernah mimpi lagi (Kali ini suara Afriyani bergetar).

Tapi ini semua tidak mengurangi rasa saya mengingat mereka. Mau sampai kapan pun, mereka pasti selalu saya ingat dan saya sematkan dalam doa. Dalam tiap sujud salat, saya selalu minta maaf kepada Allah, mohon Allah membukakan pintu pengampunan dari keluarga para korban untuk saya. Itu yang saya lakukan dari awal kejadian hingga sekarang. Tanpa berhenti.

Ade Ryani / bersambung