Warga Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (sekitar 200 km dari medan), Minggu (3/6) tiba-tiba dikejutkan oleh penemuan seorang mayat wanita muda Yayuk Nurhayati alias Ayuk (20). Bungsu dari lima saudara ini ditemukan disekitar areal perkebunan di Hutapadang, tak jauh dari kediamannya.
Suasana di rumah Alm. Yayuk Nurhayati terlihat sepi dan lengang, Kamis (14/6). Nunung (50), ibu dari Ayuk, sapaan Yayuk sehari-hari tampak terpukul.
"Saya tak menduga pembunuh anak saya adalah calon suami sendiri. Rasanya tak masuk akal kalau dia tega membunuh anak saya dan janin lima bulan yang sedang dikandung Ayuk. Sungguh mustahil, wajahnya memang ganteng tapi orangnya tenang-tenang menghanyutkan, kenyataannya dia tak bisa ditebak," cecar Nunung memulai pembicaraan.
Menurut Nunung, anaknya Ayuk sudah pacaran sejak 3 tahun lalu dengan Adi. " Mereka kenalan saat anak saya jaga di counter pulsa di Mandoge dekat rumahnya Adi. Saat itu Adi hendak beli pulsa. Setelah pertemuan itu, Adi sering menyambangi Ayuk di tokonya. Pertama kali Adi dibawa ke rumah oleh Ayuk, saya lihat anak itu baik, sopan dan tak banyak omong. Walau pun saat itu kerjaannya masih serabutan tapi Ayuk suka padanya," ujar ibu lima anak.
Karena Ayuk kos dekat tempatnya bekerja, dia hanya pulang seminggu sekali ke rumah. "Adi juga apel Ayuk ke rumah seminggu sekali. Paling Ayuk diajak makan bakso dekat rumah. Saya memahami kok. Selain rumah Adi jauh saya juga memahami perekonomiannya."
"Saat Ayuk pindah kerja ke Tebing Tinggi, saya lihat mereka tetap berhubungan. Ya, namanya orang tua, kalau anaknya suka tentu saja saya juga ikut senang. Keseriusan Adi makin terlihat saat dia membawa orangtuanya ke rumah untuk melamar anak saya, Minggu (27/1) lalu. Saat bicara uang lamaran, kami tak pernah mematok berapa uang hantaran buat Ayuk. Karena kami tahu rumah Adi juga masih kontrak di Mandoge, " ujar Nunung menjelaskan pesta pernikahan mereka diadakan Sabtu (23/6).
Sebulan sebelum peresmian pernikahan Ayuk dan Adi, semua keperluan untuk pesta sudah dipersiapkan. " Undangan sudah disebar, baju pengantin, perias pengantin sudah dipesan,keyboard, perlengkapan tempat tidur juga. Bahkan, untuk persiapan kayu bakar nanti, Adi bersedia nginap di rumah karena dia akan motong kayu bakar," jelas Nunung menjelaskan Ayuk suka mengoleksi pakaian dalam," hampir satu lemari dia punya tapi setelah dia tiada pakaian dalam itu saya bagi-bagi dengan kakak-kakaknya agar saya tak melihatnya lagi."
Karena Ayuk sebentar lagi menikah maka dia sudah tak bekerja lagi. Saat kejadian itu seperti biasa, Sabtu (2/6), "Saya dengar Adi meneleponnya. Entah bagaimana, saya lihat Ayuk keluar rumah setelah menutup telepon. Dia tak bilang hendak kemana. Saya pikir waktu itu dia masih bersama Adi, kan mereka mau menikah, tentu banyak yang dipersiapkan."
Nyawa Dibayar Nyawa
Hingga larut malam, perempuan bertubuh mungil itu tak kunjung pulang. "Tentu saja saya panik bercampur kawatir mikirin Ayuk. Sepanjang malam Ayuk belum juga kembali ke rumah. Hingga keesokan harinya Minggu (3/6) ada warga yang mengabarkan kalau mereka menemukan jasad Ayuk. Dapat informasi itu, tiba-tiba jantung saya berdetak kencang. Saya syok. Bahkan, saya sempat pingsan," ujar Nunung mengaku bisa mual kalau ingat-ingat wajah Adi.
Menurut Nunung, anak bungsunya itu tak pernah sekali pun menyusahkan orang tua. "Sejak kelas 2 SD, Ayuk sudah ditinggal bapaknya. Sejak itulah saya yang merawatnya hingga dia tamat SMA. Orangnya baik, periang tapi lugu. Sehari-hari dia suka bantu saya cuci baju dan cuci piring."
Anaknya, kata Nunung, memang cekatan. Tak ada istilah bermalas-malasan bagi dia. "Makanya, saya kesal ingat kejadian itu lagi dan dada saya mau meledak. Orang yang melihat pun pasti naik darah. Kalau bisa nyawa dibayar nyawalah. Melihat wajahnya rasanya tak tega Adi membunuh Ayuk," ujar Nunung yang sampai kapan pun tak akan memaafkan perbuatan Adi, " dunia akhirat saya tak izin dan tak akan mau memaafkanya .
" Saya dengar, dia tega menghabisi nyawa Ayuk karena dia tak punya uang buat pesta nanti. Dia juga tak mau bertanggung jawab sesudah menghamili Ayuk. Tapi, kan kami tak pernah minta apa-apa dengan dia. Kalau dia tak punya uang kan bisa dicari jalan keluarnya. Lagipula, masak dengan gaji Rp 1.3 juta/bulan, Adi tak bisa menyisihkan gaji nya Rp 300 ribu/bulan,"cerca Nunung berapi-api.
Anehnya, kata Nunung, walau sudah hamil tapi tak terlihat perubahan yang mencolok pada tubuh ayuk. " Dia masih terlihat langsing saat makai baju ngepas. Tubuhnya tak berubah. Cuma, akhir-akhir ini dia lebih suka jajan. Biasanya dia hemat dengan uang tapi entah kenapa dia rela mengeluarkan uang nya buat jajan."
Saat ditemui di Polsek Perdagangan raut wajah Suwardi alias Adi (22) tak menunjukkan ekspresi penyesalan. "Saya mau bilang apa lagi, semua sudah terjadi. Semua sudah jadi bubur. Kalau waktu bisa terulang lagi mungkin saya menyesal sudah melenyapkan nyawa Ayuk calon istri yang saya cintai," ujar Adi datar.
Menurut pria berparas tampan dan berkulit putih bersih ini, dirinya sebenarnya bimbang menikahi Ayuk walau dia sudah tunangan dengan perempuan itu. Apalagi,"Saya sempat punya dua pacar lagi setelah Ayuk, " ujar karyawan pabrik karet gelang di Mandoge ini.
Saat melakukan perbuatan keji itu, Adi mengaku terlalu banyak pikiran, terutama soal dana untuk pesta pernikahan dengan Ayuk. " Jadi puyeng saja menghadapi Ayuk saat itu. Sekarang saya menyesal, tapi tak ada gunanya lagi. Kadang saya suka teringat dengan kebiasaan Ayuk, orangnya suka manja dan suka tidur dibahu saya. Kalau ingat-ingat itu terus saya bisa stres mikirinnya,"ujar Adi yang akan minta maaf pada ibu Ayuk sekeluar dari tahanan nanti.
Pura-Pura Pingsan
Kanit Reskrim Polsek Perdagangan, Ipda D Sirait menjelaskan kronologis kejadiannya pada NOVA. "Sabtu (2/6) Suwardi alias Adi alias Kardol (22), menghubungi Yayuk sekitar pukul 14.00 Wib. Tersangka telepon Yayuk minta agar ketemu ditempat yang pertama kali mereka berhubungan suami istri."
Saat mereka bertemu di kebun sawit sekitar pukul 15.00 wib,"Sambil cerita-cerita tersangka mengaku kalau uang buat pesta mereka nanti belum ada. Namun, dijawab Ayuk kalau uang tak ada mereka kawin lari saja. Mumpung, orang-orang sudah banyak tahu dan mereka bisa malu. Dengan modal semua perhiasan yang ada pada Ayuk, mereka bisa menjual semua perhiasan itu. Tapi, tersangka tak setuju," jelas Sirait menjelaskan saat itu tersangka 'minta' Ayuk agar mereka berhubungan suami istri.
Menurut Sirait, selesai melakukan hubungan badan, tersangka kembali ngomong pada Ayuk agar bunuhlah dia karena dia dianggap pria yang tak bertanggung jawab. Namun, Yayuk menolak permintaan tersangka. Lalu, tersangka mulai menantang.
"Kalau tidak kamu bunuh saya, maka kamulah yang saya bunuh. Dengan gerakan reflek, tersangka lalu menjerat leher Ayuk dengan tali pinggangnya kemudian dilepasnya. Lalu, tersangka kembali mengulangi perbuatannya hingga dua kali," cetus Sirait.
Walau sudah dijerat sebanyak dua kali namun Ayuk masih bernafas. Dengan gelap mata tersangka lalu mengambil jaket parasut yang dikenahkan Ayuk. Spontanitas tersangka kembali menjerat leher Ayuk hingga Ayuk benar-benar tak bernafas lagi. Karena ketakutan akhirnya, tersangka melarikan diri dan meninggalkan jasad Ayuk begitu saja.
Motifnya, kata Sirait, karena tersangka tak punya uang dan gelap mata dengan menghabiskan nyawa Ayuk sekalian. "Tersangka ini juga punya dua pacar lagi setelah bertunangan dengan Ayuk. Jadi, dia bimbang meneruskan hubunganya dengan Ayuk, " terang Sirait yang curiga dengan tersangka saat dia dikabari Yayuk sudah meninggal sekitar pukul 08.30 wib tapi baru pukul 14.00 Wib dia datang takziah ke rumah Ayuk, bahkan berpura-pura pingsan. Untuk perbuatannya, tersangka akan dijerat dengan ancaman hukuman pasal 340 subsider 338 dengan hukuman minimal 15 tahun penjara.
Debbi Safinaz