Tragedi Andhes, Disetrum dan Disundut Rokok

By nova.id, Rabu, 13 Juni 2012 | 03:09 WIB
Tragedi Andhes Disetrum dan Disundut Rokok (nova.id)

Tragedi Andhes Disetrum dan Disundut Rokok (nova.id)

"Andhes Deimenta (Foto: Laili) "

Kasus perampokan yang menimpa Andhes Deiminta (25), pengusaha butik  yang juga seorang mahasiswi, April lalu masih terasa membekas di benaknya. Kepada Tabloidnova.com, Andhes mengaku parno tiap kali melihat pria-pria yang bergerombol. Kendati demikian, Andhes belum merasa perlu menemui tenaga psikolog untuk mengatasi ketakutannya.

"Guncangan ini buat saya sangat traumatis, kalau lihat cowok bergerombol saya langsung cabut aja," ungkapnya.

Tersirat kegusaran mendalam ketika kemarin Andhes berkesempatan temu muka dengan perampok yang menguras hartanya di malam nahas itu. (Seperti diberitakan kemarin, Andhes dirampok saat keluar makan bersama rekannya Irfan sekitar pukul 12 malam, di daerah Benhil. Sebuah mobil Honda CRV, BB Dakota, BB Onyx, Ipad2, HP Nokia Esia dan isi ATM-ATM Andhes). Namun bukan hanya kehilangan materi berjumlah besar yang membuatnya trauma, tapi kekerasan dan penganiayaan yang didapat Andhes selama disekap beberapa jam di dalam mobil pelaku.

"Saya dipukul bertubi-tubi karena saya melawan dari awal. Saya bilang mereka rampok, mereka membungkam, menyetrum dan menyundut rokok pada saya. Saya berusaha kabur,  mereka injak perut saya lalu disetrum dibagian perut dan itu sakit banget karena pakai ditekan. Mereka juga menodongkan pistol saat saya 2 kali sengaja salah  memberi pin ATM," ungkap Andhes geram dengan perlakuan para perampok yang keji ini. Bahkan hingga menuturkan kisah ini, masih nampak bekas sundutan di pergelangan, dan luka alat strum yang meninggalkan bekas berbentuk luka bakar 2 bulatan kecil di lengan atas dan pelipis Andhes (juga tersembunyi di perut).

Sangat jauh berbeda dengan Irfan rekannya yang cenderung menurut, Andhes kerap mendapatkan perlakuan kasar dari para perampok.  Bahkan Andhes mengaku sempat diraba-raba kendati tidak sempat diperkosa.

"Sempat ada yang raba-raba. Mereka bilang 'untung kamu tidak saya perkosa, karena kita masih punya akhlak'. Mungkin mereka emosi sekali saya tidak mau memberikan pin juga berusaha kabur," tutur Andhes.

Sedikit flash back ke kejadian tengah malam itu, tadinya Andhes baru saja pulang dari mengantar Irfan berlatih DJ  sekitar pukul 12 malam. Mereka mampir ke warung pecel lele langganan Andhes untuk membeli ayam penyet kesukaan Andhes. "Sudah 3 bulanan saya tidak makan menu kesukaan. Kebetulan posisi kan dekat rumah jadi sekalian perjalanan pulang," ungkap Andhes yang mengaku jarang keluar malam sebelumnya.

Saat sedang makan di warung itu, seseorang memperhatikan Andhes dengan gerak gerik yang mencurigakan. Andhes sempat membisiki Irfan tentang orang  mencurigakan yang ikut minum teh manis di sebelah. (Menurut polisi, kawanan ini sudah merencanakan perampokan sejak Kamis 26/4. Mereka biasa mencari target bermobil mewah di warung-warung pecel lele. Lalu menguntit dalam jarak terjangkau dengan mobil Avanza hitam sambil salah seorang mendekati target untuk memastikan modus mereka dapat berjalan lancar).

"Yang membuat saya curiga, orang itu melihat saya terus dari atas sampai bawah," ujar Andhes.

Ketika diminta menggambarkan penampilan sang perampok, menurut Andhes, penampilan mereka justru rapi seperti orang kantoran. Wajahnya pun bersih dan terlihat baik.  Tidak nampak ugal-ugalan atau menakutkan layaknya perampok.

Kini, Andhes hanya berharap semua proses dapat terus berjalan dan 3 orang tersangka yang masih buron segera ditangkap.

"Luka bekas setruman, sundutan dan bengkak yang saya rasakan sampai semingguan lho. Tapi traumanya sampai sekarang," ungkap Andhes yang memilih merawat sendiri luka-lukanya.

Andhes hanya bisa tertunduk berdoa pada Tuhan untuk menguatkan jiwanya karena bagaimanapun tempat kejadian itu berada dekat dengan tempat tinggalnya. Padahal Andhes sudah merasa nyaman selama 5 tahun tinggal di sekitar situ.

"Pesan saya, kalau perempuan nyetir mobil sendiri malam-malam, mendingan langsung ke pulang. Jangan berhenti-berhenti. Sekarang aja, saya merasa tidak akan makan di situ lagi," pungkas Andhes.