Jejak Kartini Menyusuri Kisah Emansipasi dan Seni

By nova.id, Senin, 4 Juni 2012 | 21:50 WIB
Jejak Kartini Menyusuri Kisah Emansipasi dan Seni (nova.id)

Wendy mengisahkan, renovasi pertama dilakukan pada tahun 1980 menutup kayu-kayu yang sudah agak lapuk. Sementara lantai masih asli dari tanah liat yang dibakar. "Di dalam pendopo ada sekat bernama rono kaputren (putri) yang berlubang, dan yang gelap rono kaputran (putra). Ini merupakan garis terluar Kartini bisa ke luar dari pendopo."

Selain membatik dan melukis, Kartini juga mengangkat ukiran Jepara. Macan kurung merupakan potensi ukiran Jepara yang ditemukan Kartini. Ceritanya, di usia 9 tahun Kartini masih bisa merasakan udara kebebasan  sebelum dipingit di usia 12 tahun. "Suatu hari Kartini jalan-jalan ke daerah pegunungan dan menemukan banyak pengukir. Mereka tidak berpendidikan tapi pandai sekali mengukir. Sayangnya, saat itu tak ada yang berani mengukir makhluk hidup karena takut kualat dan bisa mendatangkan malapetaka," tutur Windy.

Lalu, Kartini memberanikan diri meminta mereka mengukir hewan. "Kartini mengatakan sang bapaklah yang menyuruh. Jadi, kalau terjadi sesuatu menjadi tanggungan bapaknya. Setelah itu, banyak yang berani mengukir gajah, macan, dan hewan lain. Kartini pun menggambarkan lewat macan kurung, gambaran penguasa tapi dikurung balutan adat. Saat ulang tahun Ratu Wilhemina, Kartini mengirimkan macan kurung dalam ukuran kecil sebagai hadiah atau suvenir."

Beranjak ke ruangan lain, Sekolah Kartini yang diperuntukkan bagi pribumi perempuan pertama di Indonesia didirikan tiga serangkai Kartini, Kardinah, dan Rukmini. "Belajarnya tidak memakai kursi tapi lesehan. Murid Kartini berasal dari belakang tembok pendopo. "

Tak jauh dari pendopo terdapat Museum Kartini Jepara. Perjalanan cukup dilalui dengan berjalan kaki sambil menikmati suasana Kota Jepara. Tahun 1975 Museum Kartini dibangun. Di dalamnya terdiri dari empat ruangan. Ruangan pertama, berisi koleksi peninggalan Kartini berupa benda peninggalan dan foto semasa hidupnya.

Pasangan Bram dan Kumoratih yang mendirikan Gelar Nusantara mengatakan, "Tujuan dari cultural trip ini membina keberlanjutan seni dan budaya kota tujuan yang berakar dalam masyarakat. Sekaligus merangsang tumbuhnya ekonomi rakyat melalui sektor pariwisata," jelas Bram.

Noverita K. Waldan