Lega. Itulah yang dirasakan Petrus Susaptadi atau Didit (45), suami pramugari senior PT Sky Aviation, Maria Marcella Dayu Larita atau Celly. Tidak hanya bisa melihat jasad istrinya untuk kali terakhir, ia juga bisa memberikan pemakaman yang indah untuk belahan jiwanya itu.
Kamis (24/5) siang, di bawah sengat matahari di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Jakarta Timur, keluarga besar Celly mengelilingi peti jenazah. Sayup-sayup, kidung pujian berjudul Tuhan adalah Gembalaku mengalun, membuka prosesi pemakaman. "Saya tetap melihat Celly yang cantik. Saya membayangkan itu saja. Saya puas bisa berdoa di depan dia dan memberi dia rosario," ujar Didit dengan suara bergetar.
Seuntai rosario, kitab suci, sepatu, serta beberapa baju Celly, dimasukkan Didit ke dalam peti jenazah. "Juga tak lupa peralatan kosmetik, terutama bedak. Kalau bedaknya ketinggalan, dia paling ramai," katanya.
Beatrice Amabella Utara atau Bella (12), anak sulung Celly, juga menitipkan sebuah kaca untuk ibunya. "Bella titip kaca riasnya untuk Celly. Mereka selalu rebutan kaca rias karena cuma ada satu," ujar Didit dengan senyum getir.
Saat melepas Celly ke liang lahat, Didit dan Bella khusuk berdoa. "Saya minta maaf atas semua kesalahan yang saya perbuat. Saya minta maaf supaya dia tenang diterima di sisi Bapa di surga," ujar Didit.
"Ya, semoga Mama diterima di sisi Tuhan dan berbahagia di sana. Aku berdoa supaya Mama senyum terus karena ini sudah rencana Tuhan," kata Bella.
Tabah Berkat Ayah
Cuaca di lokasi pemakamam Al Azhar Memorial Garden di Kerawang Timur siang itu begitu terik. Tak ada sebatang pohon pun untuk berlindung. Sepanjang mata memandang, terlihat gundukan tanah merah. Hanya terlihat ada dua makam yang ditumbuhi rumput di lokasi itu. Di tempat inilah Capt. Aan Husdiana dimakamkan.
Meski wajah para pelayat menyiratkan duka mendalam, tak ada air mata yang menetes sepanjang prosesi pemakaman. Siti Gina Syarimunah, istri Aan, terlihat begitu tabah. Bahkan perempuan berjilbab ini terus berusaha tersenyum menyambut rasa belassungkawa dari ratusan pelayat.
Ketegaran Gina pula yang membuat Angga dan Inu, anak-anak mereka, begitu tenang menerima cobaan ini. "Mungkin bimbingan Papa juga yang membuat kami demikian tabah," ujar Inu yang saat ini menjadi pilot Garuda.
Bantuan Yayasan Pemakaman
Ketika jenazah sudah boleh dilihat keluarga korban dan siap diserahterimakan, bantuan terus mengalir dari berbagai yayasan untuk korban pesawat Sukhoi. Yayasan Bunga Kamboja (YBK), misalnya, mengerahkan 17 unit ambulans untuk mengangkut jenazah korban. Hal sama dilakukan Yayasan Abadi, Mawar Merah, dan lainnya hingga total ambulans berjumlah 37 buah.
"Untuk kasus Sukhoi kami tinggal membawa korban ke lokasi dan menunggu hingga proses pemakaman selesai. Para anggota yang kebetulan mau menggunakan ambulans YBK juga mau menunggu sampai semua selesai," kata Susan Walando, Pembina YBK.
Kamis itu, memang tak mudah meminta jasa YBK karena semua personil sibuk. Terutama jika bukan anggota YBK. "Kami tetap memikirkan anggota YBK. Jadi, tetap ada orang dan ambulans yang berjaga-jaga," ujar Susan.
Edwin, Nove, Amir, Renty, Krisna