Tak pernah terpikirkan oleh Ida, ia bakal menghadapi permasalahan seperti ini. Setelah diceraikan suaminya, Ida yang belum memiliki anak ini setuju saja saat diajak seorang saudara merantau ke Denpasar, Bali. Saat itu, "Saya ingin membantu empat adik saya sekolah. Orangtua saya hanya nelayan di Lampung," sebutnya.
Di Bali, Ida tak langsung bekerja di rumah Faz. Ia sebelumnya bekerja sebagai PRT di rumah saudara neneknya. Sekitar dua tahun lalu, Faz yang juga masih cucu sang nenek, meminta Ida pindah ke rumahnya. Suami Faz, Agus Amroji, adalah pengusaha butik pakaian dan aksesoris di daerah Legian. Keluarga ini termasuk berada. Rumah mereka di Jalan Imam Bonjol besar dan megah.
"Tugas saya mengasuh anak ketiga dan keempat yang masih kecil-kecil. Selain itu, bersih-bersih juga," cerita Ida yang mengaku digaji Rp 350 ribu sebulan. "Sehari-hari Faz di rumah saja, sedangkan suaminya sibuk di toko. Tiap hari pulang malam."
Dua tahun tinggal bersama Faz, Ida pun mulai hafal dengan kebiasaan sang majikan. "Ibu suka marah-marah, cemberut tapi tidak jelas sebabnya," ujar Ida yang biasanya langsung menghindar jika Faz sudah mulai uring-uringan. "Biasanya nanti reda sendiri."
Sementara itu, menurut Ida, Roji adalah tipe yang tak banyak omong. "Kalau bicara sama kami (pembantu) hanya sekadar minta dibelikan rokok atau dibuatkan makanan." Kini, setelah perlakuan Faz padanya, Ida mengaku tak menyimpan dendam. Apalagi keluarga besar Faz juga sudah menengok dan menawarkan bantuan untuk pengobatan. Sebulan setelah kejadian, luka-lukanya juga sudah mulai pulih. "Hanya telepon genggam saya yang masih belum dikembalikan. Tapi tidak apa-apa," katanya pasrah.
Mengaku kasihan kepada anak-anak Faz, Ida juga tak keberatan bila Faz meminta jalan damai. "Saya hanya minta dirawat saja sampai lukanya sembuh seperti semula."
Laili Damayanti / bersambung