Setelah usahanya mencari putriya ke sana ke mari tak berhasil, Sumadi pun akhirnya mencoba minta bantuan "orang pintar" untuk melacak keberadaan Siti. Sumadi gembira. Pasalnya, beberapa orang pintar yang ia datangi selalu mengatakan anak bungsunya tinggal di suatu tempat dalam keadaan sehat. "Perasaan itu agak menggembirakan meski kami semua juga belum yakin sepenuhnya," imbuhnya.
Seminggu setelahnya, Sumadi tiba-tiba didatangi polisi dari Bojonegoro yang menunjukkan sebuah foto mayat seorang perempuan yang ditemukan Rabu (16/4). Polisi juga menanyakan, apakah ciri mayat yang ada dalam foto itu kira-kira sama dengan ciri-ciri fisik Siti. "Selain wajahnya sudah tak jelas, celan yang melekat di tubuh mayat itu agak pendek, padahal saat pergi Siti pakai celana panjang," terang Sumadi yang ketika itu tak meyakini bahwa foto itu adalah jenazah putrnya.
Esoknya, Sumadi seolah terpaksa untuk mengakui bahwa foto jenazah itu adalah putrinya ketika polisi kembali datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa jenazah itu diyakini sebagai Siti, hasil pengakuan Yah yang sudah berhasil ditangkap polisi. "Karena pelakunya sudah mengakui, ya pasti mayat itu Siti," kata Sumadi lirih.
Sumadi akhirnya mengambil kesimpulan, pada hari Siti berpamitan pergi, sang putri sebetulnya sudah dihabisi si pelaku. Dan untuk mengelabui didirnya dan keluarga, Yah sengaja mengirim SMS fiktif dari ponsel milik Siti. Namun menurut Sumadi, ia sama sekali tak yakin pembunuhan itu dilatarbelakangi gara-gara Siti sudah berbadan dua yang meminta pertanggungjawaban. "Saya tidak percaya Siti hamil. Kalau hamil, ibunya pasti tahu. Saya justru yakin pembunuhan itu dilatarbelakangi soal uang. Yah sepertinya tak bisa mengembalikan uang yang dipinjami Siti," duganya.
Yang amat disesalkan, baik oleh Sumadi maupun Sriati, adalah kekejaman Yah dalam membunuh Siti. Menurut Sumadi, Siti adalah anak yang pendiam dan sangat baik kepada siapa saja. "Coba tanya masyarakat di sekitar sini, Siti itu pendiam sekali dan tidak pernah neko-neko," imbuhnya.
Ia pun tak tahu bila Siti menjalin asmara dengan Yah. Selain itu, Siti tak pernah cerita soal Yah, apalagi pria itu pun hanya sesekali saja datang ke rumahnya saat Lebaran lalu. "Waktu itu Yah mengaku teman Siti. Jadi saya tidak tahu kalau mereka pacaran," timpal Sriati yang pernah bekerja di pabrik mi instan di Gresik.
Sumadi pun melihat, Siti adalah anak yang sangat terampil. "Meski dia perempuan, tapi cukup terampil memperbaiki barang-barang elektronik yang ada di rumah. Seperti seterika atau perabotan listrik lain. Kalau rusak, dia perbaiki sendiri," puji Sumadi seraya menjelaskan, selulus SMA Siti pernah ikut kursus Bahasa inggris, komputer, dan matematika.
Gandhi Wasono M. / bersambung