Saat NOVA menyambangi rumah mertua Ali Amran (43), salah satu korban selamat di Desa Jorong Sungai, Janiah Nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (2/5), saat itu sedang diadakan tahlilan atas meninggalnya tiga orang sekaligus.
Ya, mertua saya Dariman (75) dan istri saya Yasnimar (41) serta anak semata wayang saya Rizki Mubarak (7), meninggal dalam kebakaran bus itu. Rasanya seperti 'tercabut' sebagian nafas ini dari 'badan'. Mau marah, kecewa, menyesal dan berteriak rasanya sudah tak guna. Semua sudah terjadi dan tak mungkin akan 'kembali' lagi. Sekarang, saya harus ikhlas menerima kenyataan pahit ini. Ya, orang-orang yang saya cintai dan kasihi telah 'pergi' meninggalkan saya.
Waktu itu masih ingat dalam pikiran saya. Kami berempat pergi ke Duri hendak menghadiri resepsi perkawinan kerabat istri saya disana. Empat hari kami di Duri, Minggu (29/4), acara resepsinya diadakan. Sehari setelah beristriahat, besoknya Selasa (1/5) kami bermaksud balik lagi ke Bukit Tinggi.
Kami memang biasa menggunakan bus PO Yanti dalam urusan bepergian. Karena cuma itulah satu-satunya bus sebagai alat transportasi kami. Walau pun saat berangkat kemarin, waktu hujan kondisi bus banyak yang bocor, sehingga kami kenah tempias hujan. Sebenarnya, sejak awal berangkat, sudah ada masalah. Saat mertua saya masuk ke dalam bus. Ternyata bus yang akan kami tumpangi agak kecil.
Sehingga mertua saya merasa tak nyaman duduk dalam bus. Dia lalu keluar dari bus dan minta saya untuk mengganti bus yang lebih besar. Alhasil, saya harus nambah lagi ongkos untuk tiket bus yang besar. Tiket bus itu Rp 65 ribu per orang. Memang, saat itu bathin saya sempat bergumam apakah bus yang kami tumpangi layak untuk dijalankan.
Naik Ke Pundak
Tempat duduk dalam bus itu dalam satu baris ada dua tempat duduk. Mertua, istri dan anak saya duduk satu baris sedangkan saya duduk dibarisan belakang. Perjalanan bus dari Dumai menuju Bukit Tinggi ditempuh selama 6-7 jam. Sebenarnya, 1,5 jam sebelum bus terbakar, kami sempat istirahat makan di warung. Setelah istirahat, bus lalu melanjutkan perjalanan.
Namun, entah bagaimana tiba-tiba penumpang dari depan berteriak ada tercium bau asap. Sejurus kemudian asap makin banyak datang. Ternyata dari depan asap datang menuju ke belakang dan menghitam. Mungkin, karena asap semakin banyak, bus sempat berhenti. Supir sempat keluar. Sejurus kemudian dalam hitungan menit, api makin membesar dan merambat ke belakang. Api mulai mengepung pinggiran bus.
Karena begitu tiba-tiba karuan saja para penumpang panik dan kalang kabut menyelamatkan diri. Apalagi, dimana-mana api terus menyambar badan bus. Para penumpang seperti dikejar oleh api. Mau keluar dari dalam bus tapi tak bisa. Apalagi, pintu belakang bus tertutup karena terikat dengan tali. Sebelum berangkat, kernet bus sempat mengikat pintu belakang dengan tali karena pintu itu tak bisa tertutup.
Selain itu, dekat pintu belakang juga terdapat tumpukan barang seperti cokelat, ban serep dan tumpukan barang lainnya. Seharusnya barang-barang tak boleh diletakan disitu. Bisa mengganggu para penumpang yang akan menyelamatkan diri. Para penumpang yang sudah kebingungan dan takut coba menerobos keluar bus dari jendela yang sempat dipecahkan oleh salah seorang penumpang.
Terlihat para penumpang kucar kacir menyelamatkan diri. Karena panik dan sesak saya juga tak bisa lagi menolong mertua, istri dan anak saya. Belum lagi pemandangan di depan saya gelap. Para penumapng yang lain juga melompat dari dalam bus dengan 'menaiki' pundak saya. Kebanyakan penumpang yang masih muda yang coba menerobos api.