Ibu Dan Anak Tewas Berpelukan

By nova.id, Minggu, 6 Mei 2012 | 03:20 WIB
Ibu Dan Anak Tewas Berpelukan (nova.id)

Ibu Dan Anak Tewas Berpelukan (nova.id)

"Bangkai Bus (Foto Debbi) "

Bus PO Yanti BA 3653 L yang  terbakar di Jalan Lintas Sumatera Barat -Riau, Jorong  Ulu Aia, Nagari Sari Lamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, menyisakan cerita korban yang selamat.  Tragis, 13 orang  tewas di tempat, 4 orang dirawat di RSUD Adnan WD Payakumbuh dan selebihnya luka-luka ringan dan sudah diperbolehkan pulang.

 Saat NOVA menyambangi rumah mertua Ali Amran (43), salah satu korban selamat  di Desa Jorong Sungai, Janiah Nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (2/5), saat itu sedang diadakan tahlilan atas meninggalnya tiga orang sekaligus.

   Ya, mertua saya Dariman (75) dan istri saya Yasnimar (41) serta  anak semata  wayang saya Rizki Mubarak (7), meninggal dalam kebakaran  bus itu. Rasanya seperti  'tercabut' sebagian nafas ini dari 'badan'. Mau marah, kecewa, menyesal dan berteriak rasanya sudah tak  guna. Semua sudah terjadi dan tak mungkin  akan 'kembali' lagi. Sekarang, saya harus ikhlas menerima kenyataan pahit ini. Ya, orang-orang yang saya cintai dan kasihi telah 'pergi' meninggalkan saya.

   Waktu itu masih ingat dalam pikiran saya. Kami berempat pergi ke Duri hendak menghadiri resepsi perkawinan kerabat istri saya disana. Empat hari kami di Duri, Minggu (29/4), acara resepsinya diadakan. Sehari setelah beristriahat, besoknya Selasa (1/5) kami bermaksud balik lagi ke Bukit Tinggi.

   Kami memang biasa menggunakan bus PO Yanti dalam urusan bepergian. Karena cuma itulah satu-satunya bus sebagai alat transportasi kami. Walau pun saat berangkat kemarin, waktu hujan kondisi bus banyak yang bocor, sehingga kami kenah tempias hujan. Sebenarnya, sejak   awal  berangkat, sudah ada masalah. Saat mertua saya masuk ke dalam bus. Ternyata bus yang akan kami tumpangi agak kecil.

   Sehingga mertua saya merasa tak nyaman duduk dalam bus. Dia lalu keluar dari bus dan minta saya untuk mengganti bus yang lebih besar. Alhasil, saya harus nambah lagi ongkos untuk tiket bus yang besar. Tiket bus itu Rp 65 ribu per orang.  Memang, saat itu bathin saya sempat  bergumam apakah bus yang kami tumpangi  layak untuk dijalankan.

 Naik Ke Pundak

Tempat duduk dalam  bus itu dalam satu baris ada dua tempat duduk.  Mertua, istri dan anak saya duduk satu baris sedangkan saya duduk dibarisan belakang. Perjalanan bus dari Dumai menuju Bukit Tinggi ditempuh selama 6-7 jam. Sebenarnya, 1,5 jam sebelum bus terbakar, kami sempat istirahat makan di warung. Setelah istirahat, bus lalu melanjutkan perjalanan.

   Namun, entah  bagaimana tiba-tiba penumpang dari depan berteriak ada tercium bau asap. Sejurus kemudian asap makin banyak datang. Ternyata dari depan asap datang menuju ke belakang dan menghitam. Mungkin, karena asap semakin banyak, bus  sempat berhenti. Supir sempat keluar. Sejurus kemudian dalam hitungan menit, api makin membesar dan merambat ke belakang. Api mulai mengepung pinggiran bus.

   Karena begitu tiba-tiba karuan saja para penumpang panik dan kalang kabut menyelamatkan diri. Apalagi, dimana-mana api terus menyambar badan bus. Para penumpang seperti dikejar oleh api. Mau  keluar dari dalam bus tapi tak bisa. Apalagi, pintu belakang bus tertutup karena  terikat dengan tali. Sebelum berangkat, kernet bus sempat mengikat pintu  belakang dengan tali karena pintu itu tak bisa tertutup.

   Selain itu, dekat pintu belakang juga terdapat tumpukan barang  seperti cokelat, ban serep dan tumpukan barang lainnya. Seharusnya  barang-barang tak boleh diletakan disitu. Bisa mengganggu para penumpang  yang akan menyelamatkan diri. Para penumpang yang sudah kebingungan dan takut coba menerobos keluar  bus dari jendela yang sempat dipecahkan oleh salah seorang penumpang.

   Terlihat para penumpang kucar kacir menyelamatkan diri.  Karena panik dan sesak saya juga tak bisa  lagi menolong  mertua, istri dan anak saya. Belum lagi pemandangan di depan saya  gelap. Para penumapng yang lain juga melompat dari dalam  bus dengan 'menaiki' pundak saya. Kebanyakan penumpang  yang masih muda yang coba menerobos  api.

   Rasnaya, sakit  di pundak ini tak terasa karena ingin menolong para penumpang. TapI, dari sekian banyak penumpang yang naik ke pundak saya tapi tak saya lihat mertua, istri dan anak saya. Hingga saat saya berada di luar bus saya masih tak menemukan orang-orang yang saya cintai itu.

Saya juga sempat melihat bus itu terbakar habis. Api menyala-nyala menjilati badan bus. Bhakan, sempat terdengar seperti suara tembakan karena ban bus yang berjumlah enam buah, pecah semua.  Masih terbayang dipelupuk mata saya.  Sebagian penumpang  yang tak dapat tertolong bertumpuk di dekat  pintu belakang dengan kondisi berhimpit-himpitan. Ya Allah, kasihan sekali mereka.  Ya Allah, apakah dari korban yang tak terselamatkan itu terdapat mertua, istri dan anak saya ?.

Tak berselang  lama, kami segera ditolong. Begitu tiba di rumah sakit, saya baru menyadari kalau kaki saya sakit dan agak susah jalan. Tak lama kemdian,s aya dapat kabar kalau mertua saya tewas. Ironisnya, istri dan anak semata wayang saya juga tewas dengan cara berpelukan. Ya Allah, mengapa bisa seperti itu kejadiannya, seolah-olah ibu dan anak itu tak mau dipisahkan oleh maut.

Walau masih belum menerima  kenyataan pahit ini tapi saya harus ikhlas menerima kenyataan ini. Mertua, istri dan anak saya harus meninggal dengan cara seperti itu. Kenangan saya terhadap istri dan anak saya memang seakan tak ada habis-habisnya. Istri saya adalah segala-galanya  bagi saya.

Dia adalah seorang istri yang sangat tahu dengan keadaan suaminya. Orangnya sabar dan tak pernah menentang suami. Walau pun saya adalah seorang petani tapi istri saya ihklas dengan keadan diri saya. Dia bahkan, tak segan-segan turun tangan membantu saya jika saya membutuhkan sesuatu. Sehari-hari istri saya berprofesi sebagai penjahit.

Dia memang hoby menjahit. Almarhum juga sempat belajar jahit selama setahun. Setelah menikah dia minta izin tetap menjalankan profesinya sebagai penjahit. Saya tak masalah, yang penting urusan pekerjaan rumah tangga dan anak tak terbengkalai.

Kami menikah setahun yang lalu. Saya dikenalkan oleh kerabat saya di Duri. Tak butuh cukup lama sejak perkenalan itu saya kemudian melamarnya. Sekarang, saya sudah cukup ihklas menerima kenyatan pahit ini. Semoga, amal ibadah  para korban kebakaran bus itu diterima diSisi Allah SWT. Biarlah saya akan melanjutkan hidup ini dan hidup kan harus terus berjalan.

Menurut Kapolres Lima Puluh Kota, AKBP Partomo Iriananto, S.Ik, saat kejadian ada 42 orang penumpang bus PO Yanti termasuk supir dan kernet  bus.  "  Tiga belas orang meninggal, empat orang dirawat  di rumah sakit dan selebihnya sudah  diperbolehkan pulang. Motif kebakaran bus diduga  karena arus pendek listrik pada kabel listrik sehingga terjadi korsleting listrik dalam bus," jelas Partomo.

Saat ini supir bus PO Yanti, Yendri (28) dan kernet  bus, Asbi (26) sudah ditahan. " mereka kita jadikan tersangka dan akan dikenahi hukuman dengan  ancaman pasal 359 dan 360 karena kelalaian  dengan ancaman hukuman 5 tahun keatas. " Pemilik bus juga akan kita periksa terkait dengan perawatan  bus secara berkala, apakah itu sudah dilakukannya. Bus juga dianggap laik jalan karena buatan tahun 90-an," tandas Partomo.

Tersangka Yendri mengaku sebenarnya dia ingin mematikan api yang sudah berkobar yang berada didekat tempat duduknya di depan. Tapi, karena api makin lama makin membesar akhirnya dia keluar dari bus. " Saya tak tahu lagi bagaimana caranya harus menolong para penumpang karena api begitu cepat makin membesar," jelas Yendri.

Debbi Safinaz