Icip-icip Nasi Bebek Surabaya (1)

By nova.id, Selasa, 10 April 2012 | 23:23 WIB
Icip icip Nasi Bebek Surabaya 1 (nova.id)

Icip icip Nasi Bebek Surabaya 1 (nova.id)
Icip icip Nasi Bebek Surabaya 1 (nova.id)

"Foto: Amir Tejo/Dok Nova "

Qomar berkisah, ia mewarisi usaha ini dari orangtuanya. Sebelum dipegang Qomar, depot ini dikelola oleh ayahnya bernama Mohammad Yusuf. Yusuf  meninggal tahun 2010 lalu di usia 59 tahun. Sekitar tahun 1996, Yusuf memulai  usaha di Gapura Surya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Awalnya pun belum berupa depot  seperti sekarang, melainkan sebatas lapak kaki lima.

Usaha di Gapura Surya ini tak bertahan lama. Lapak Pak Yusuf kena gusuran. Umumnya pedagang setelah kena gusuran akan mencari lokasi baru yang tak jauh dari lokasi sebelumnya. Alasannya, takut kehilangan pelanggan. Namun, Yusuf pindah daerah di sekitar Jl. Lontar, Surabaya Barat, cukup jauh dari lokasi sebelumnya.

Rupanya, Yusuf  punya strategi bisnis lain. Ia membidik Surabaya Barat karena menganggap wilayah ini akan berkembang. Apalagi saat itu sebuah perusahaan properti besar sedang gencar membangun wilayah ini. "Bapak memang punya strategi bisnis yang jitu. Saat itu sebenarnya ingin membidik pekerja proyek. Ternyata, bos-bosnya juga ikut makan di sini," ujar Qomar.

Semula Yusuf belum spesifik menjual nasi bebek. Selain bebek dan ayam goreng, ia juga menjual soto dan kari ayam. "Namanya juga belum Depot Pak Qomar," ujar Qomar yang kala itu sudah membantu ayahnya. "Saya beri nama Depot Harapan Jaya. Bapak tanya, apa maksudnya  Saya jawab wis embuhlah (tak tahulah), yang penting ada namanya," kenang Qomar sambil tertawa.

Seiring waktu berjalan, banyak pelanggan yang cocok dengan cita rasa bebek goreng dan ayam goreng yang dimasak oleh Tunika (54), istri Yusuf.  Yusuf pun memutuskan spesifik jualan bebek dan ayam goreng. "Hasilnya malah tambah ramai," kata Qomar yang sempat menjadi guru Matematika di salah satu madrasah aliyah di Gresik.

Semasa masih ada, ayahnya sempat meminta Qomar mengambil alih usaha. "Awalnya, saya masih berat mengajar. Kemudian bapak bilang, 'Kalau bukan kamu yang melanjutkan terus siapa?' Kata-kata Bapak selalu terngiang-ngiang. Sedikit demi sedikit saya minta pengurangan jatah mengajar. Akhirnya, saya total mengelola depot," tutur lulusan Matematika IKIP PGRI Tuban Lulusan 1997 ini.