Posisi bangunan Hotel Griya Tetirah di Jalan Sukowati, Salatiga, sedikit masuk ke dalam gang. Akan tetapi, tamu tetap datang silih berganti. Lokasi menjorok ke dalam gang pemukiman justru memberi keuntungan. Tamu menemukan suasana ketenangan. Kokok ayam dan kicau burung di pagi hari, memberi nuansa ala perkampungan yang dirindukan banyak orang kota.
Griya Tetirah menyediakan sekitar 15 kamar, terdiri dari dua kamar family yang lega dan selebihnya kamar kelas standar. Semuanya memiliki fasilitas pendingin AC, kamar mandi dengan air panas dan dingin, TV, serta mini bar. Griya Tetirah yang dimiliki Renanta, seorang kontraktor, menawarkan tarif termahal Rp 900 ribu. "Banyak tamu yang menginap di sini. Banyak di antara mereka yang akan menghadiri acara wedding di Salatiga," terang Endah Wahyuningsih, penanggung jawab Griya Tetirah.
Bangunan Hotel Giya Tetirah tergolong baru dengan arsitek modern, namun kental dengan nuansa Jawa. Unsur kayu amat kuat mendominasi perabotan. Kayu-kayu penyangga bangunan menambah unsur ketenangan. "Konsep kami memang ingin membuat tamu nyaman selama tinggal di hotel ini. Mereka merasa bagai rumah sendiri," tambah Endah.
Menurut Endah, restoran di hotel itu juga dibuka bagi masyarakat umum untuk bersantap siang maupun malam. Nah, bagi yang ingin sekadar mengunjungi Griya Tetirah tanpa perlu menginap, bisa mengunjungi restoran dan menikmati menu yang disediakan sambil menikmati suasana teduh.
Rini Sulistyati