Hotel Adya Nalendra Dilengkapi Furnitur & Koleksi Benda Seni
Sejak 2008 lalu, Fransiska Joko Susanto (58) merombak rumah pribadinya dan menjadikannya hotel butik berkonsep paduan Jawa-Cina yang dinamai Adya Nalendra. Hotel mungil berlokasi di Jalan Tri Margo Kulon, Yogyakarta ini dilengkapi kafe dan resto. Kawasan ini termasuk perkampungan cagar budaya karena jalan itu di zaman Belanda merupakan lokasi pertempuran. Itu sebabnya, banyak rumah dan bangunan lama di Jl. Tri Margo tidak boleh dipugar seenaknya, termasuk Adya Nalendra.
Fransiska "hanya" menambah bangunan di bagian belakang, yang kini berfungsi sebagai kamar-kamar hotel. Penataannya memperhitungkan feng shui. Posisi pintu, jendela dan, tata letak ruangan diperhitungkan untuk sebuah keharmonisan. Maka itu, saat memasuki ruang resepsionis, akan segera terasa nuansa alam. Awalnya, Adya Nalendra diperuntukkan sebagai kantor suami Siska yang seorang akademisi dan konsultan perusahaan tekstil. "Suami saya kemudian bilang, tidak butuh lagi. Tiga anak saya tinggal di Amerika. Saya sendiri masih suka tinggal di rumah lama. Semula terpikir untuk dijadikan rumah kos. Setelah dibangun malah berkembang jadi seperti sekarang ini. Akhirnya berubah pikiran untuk dibuat hotel," kisah Siska.
Perabotan dan benda seni yang menghias kamar juga berbeda. "Makanya, saya sekaligus menyalurkan hobi. Apa yang saya suka, saya padankan dengan benda seni lainnya yang sudah ada di kamar. Jadi, interior satu kamar dengan kamar lain berbeda. Ketika membuat kamar, saya tidak hitungan. Yang penting cantik dan saya suka. Tamu pun nyaman tinggal di dalamnya," lanjut
Siska yang kerap ke luar negeri mengikuti suami juga memperhatikan hal kecil yang dibutuhkan tamu, terutama wanita. "Harus ada sandal di kamar, kaca cembung buat berias, dan hair dryer. Ini semua, kan, yang diperlukan tamu."
Sang Manager Marketing Ahmad menambahkan, ada saja artis yang menginap di sana., salah satunya Glen Fredly. Kala itu, Glenn ingin "menyepi" selama di Yogya." Selain Glenn, ada beberapa artis ibukota lainnya yang menjadi langganan hotel butik ini.
Ada tiga tipe kamar yang disediakan yaitu, superior, delux dan executive. "Kami juga menyediakan satu kamar khusus bernuansa lega untuk berbulan madu. Selain servis kamar, bagi pasangan peserta bulan madu mendapatkan free candle light dinner," jelas Ahmad.
Sesuai namanya, bagian depan Rumah Turi Eco Batik (RTEB) tumbuh pohon turi yang berwarna putih bersih. RTEB terletak di Jalan Srigading II, perkampungan di Solo. Tempat ini sudah akrab dengan para tamu pencinta lingkungan. Lama tempuh dari Bandara Adi Sumarmo ke hotel sekitar 30 menit tanpa kendala kemacetan jalan raya.
Begitu memasuki halaman hotel berkonsep pelestarian alam ini, tamu sudah disuguhi dengan pemandangan hijau. Berbagai tanaman dalam pot disusun secara vertikal yang membalut bangunan hotel. Sampai di bagian depan, tamu juga disongsong dengan teras terbuka yang juga berfungsi sebagai kafe, resto, dan ruang baca. "Semua tumbuhan di sini ada manfaatnya. Misalnya serai dan zodia, bisa untuk mengusir nyamuk. Ada juga pohon markisa yang tiap tiga bulan bisa dipanen tamu untuk jus. Atau cabai yang bisa dibawa pulang tamu buat kenang-kenangan. Biasanya kami memetik panenan pas ada tamu," terang Manajer Marketing RTEB Agus Purnomo.
Agus menambahkan, konsep keunikan lainnya adalah tiap tamu bebas memanggil penjual jajanan yang lewat di depan hotel, lalu menikmati hidangannya di resto hotel. Tamu pun bebas memetik hasil tanaman buah dan sayur dengan gratis dan langsung memasaknya.
KOMENTAR