Tiga bulan kemudian Iis baru mendapat jawaban. "Saya kaget saat tahu dalang perampokan disertai pembunuhan ini adalah ND. Saya kenal dia. Dia dan keluarganya tinggal di rumah dinas Kantor Pos." Awalnya Iis tak mencurigai ND. Apalagi, beberapa hari usai pemakaman, "Dia telepon saya, mengungkapkan belasungkawa," kata Iis yang saat itu masih di Bandung. ND juga datang ke rumah saat acara 40 hari meninggalnya Rachmat. "Ia memeluk sambil terus membesarkan hati saya. 'Mbak, sabar ya.' katanya."
Kenangan indahnya bersama sang suami yang menikahinya tahun 1993 itu, membuat Iis ingin segera pindah. "Rumah jadi lengang setelah dia pergi," ujar ibu dari Fitri (18), Rizky (15) dan Zikri (11). Bandung menjadi kota pilihan Iis. "Rencananya setelah anak-anak kenaikan kelas, kami langsung pindah," ujar Iis yang mengenal Rahmat ketika sama-sama mengikuti diklat dasar pegawai kantor pos tahun 1991. "Di Bandung saya ingin menata hidup dan belajar hidup tanpa suami."
Edwin Yusman F, Henry Ismono