Menurut Sisca Afriani (25), ada 14 relawan yang dinaungi YAPPIKA yang berdiri sejak 1991 ini. Baru tahun 2010 mengajar para wanita buta aksara dengan gerakan "Ayo Bantu 5,3 juta Ibu Indonesia Belajar Membaca" (www.yappika.or.id).
Sasaran pertama, daerah Jakarta Utara sebanyak 6 ribu ibu buta aksara. "Mereka belajar seminggu dua kali selama 6 bulan, dibimbing relawan dan kader setempat. Modulnya hampir sama dengan yang diberikan Pemerintah."
Setelah itu, bisa dilanjutkan ke tingkat lebih tinggi selama 4 bulan. "Belajarnya lebih ke substansi pelayanan publik, seperti memberikan gambar-gambar pelayanan publik. Jadi ketika mereka berurusan dengan pelayanan masyarakat, lebih tahu dan paham dalam pelaksanaannya."
Syarat menjadi relawan sangat gampang. "Selain mau meluangkan waktu mengajar, juga harus ada komitmen. Mereka tinggal datang ke kantor YAPPIKA di Jalan Pedati Raya, Jakarta Timur. Atau kami membuka stan dan membagikan brosur. Nanti ada yang mengatur ke mana saja relawan mengajar," kata Sisca sambil menyebut sudah ada 3 tempat mengajar di Jakarta, yaitu Cipinang, Cakung, dan Sukapura.
Sampai saat ini, wanita buta aksara paling banyak di Jakarta Utara, Jakarta Timur, lalu Tangerang. "Kebanyakan ibu-ibu karena zaman dulu, kan, lelaki selalu didahulukan sekolah, sementara perempuannya belakangan. Selain tentu saja adanya faktor kemiskinan."
Rencananya, YAPPIKA akan menyediakan relawan di daerah. "Jadi, wanita buta aksara di daerah tak perlu khawatir lagi karena kami berencana menyediakan relawan," cerita Sisca yang mengaku relawan YAPPIKA kebanyakan mahasiswa UNJ. "Karena sesuai mata kuliah mereka. Meskipun kami juga menerima dari lembaga lain."
Nove