"Kue yang dulunya dikenal dengan kue keranjang ini karena memasaknya pakai cetakan keranjang. Tapi, seiring perjalanan waktu, karena tak ada lagi keranjang maka kue bakul ini dikukus dengan lebih specifik lagi yakni dengan kong atau cetakan, daun dan kain, yang kesemuanya harus bersih. Jadi, memasaknya tak pakai plastik, " kata Phin Phin salah satu pengusaha kue bakul yang cukup kondang di Medan.
Selama tiga puluh tahun lalu, wanita dua anak dan satu cucu jualan di toko yang merangkap rumahnya di Jl Dewa Ruci persis di samping Medan Plaza yang sudah berjualan kue bakul ini sejak usia 13 tahun.
Kue bakul yang diyakini suku China sebagai lambang pertanda rezeki yang manis-manis adalah pengganti kue zaman sekarang. "Kalau dulu kan belum ada pizza, bolu, spekuk dan cake. Jadi, untuk menyajikan kue, kami buat kue bakul ini yang serba tradisi. Sangking tradisionilnya kue ini juga dikukus dengan waktu yang lama. Jadi, perlu ketelitian dan kesabaran hanya untuk memasak kue bakul ini,"cerca Phin Phin mengaku orang akhirnya tahu tokonya dari mulut ke mulut.
Kue bakul bikinan Phin-Phin cukup digemari bukan hanya dari suku China, tapi juga siapa saja suka dengan kue yang kenyal-kenyil seperti kue ongol-ongol ini. " Bahan baku kue bakul ini cukup dua macam saja. Beras ketan putih dah gula putih. Untuk mengaduknya pun tak makai blender tapi secara manual. " Namun, mengapa kue ini jika sudah jadi berwarna merah kehitam-hitaman?
Sebenarnya," kue ini menggunakan gula putih. Kue yang dimasak sejak pukul 06.00 pagi ini akan matang hingga pukul 06.00 pagi ke-esokan harinya. Selagi dikukus, kue bakul ini akan dibongkar yakni dikocok permukaan kue bakul dan atasan kue akan dilicinkan serta menambah arang. Bongkar pertama jam 11.00 pagi. Kemudian bongkar kedua jam 4 sore. Bongkaran kedua ini dikocok lagi atasnya hingga licin," ujar Phin Phin yang setiap hari memasak kue bakul ini," biasanya sekitar pertengahan bulan kami sudah memproduksi kue bakul.
Begitu seterusnya, hingga pukul 21.00 malam, kue bakul 'dibongkar' lagi lalu atasnya diratakan serta ditambah arang dan mereka pun tertidur. " Kemudian jam 06.00 pagi kue bakul ini baru matang. Selagi kue 'ditinggal' tidur, kuenya tak apa-apa kok. Cuma, apinya harus kecil supaya panasnya terjaga."
Setiap hitungan 10 jam sekali kue bakul akan berubah jadi warna oranye dan setelah itu empat jam kemudian jadi warna merah dan jam berikutnya kue akan berwarna semakin kehitam-hitaman. " Kue bakul yang sudah matang harus rata dan licin permukaannya agar terlihat cantik. Apalagi, ketahanan kue bakul ini bisa sampai dua bulan lho," ujar Phin Phin yang membanderol harga kue bakul Rp 42 ribu/buah.
Karena kue bakul dicari orang pada suasana Imlek, makanya Phin Phin bisa memproduksi kue bakul ini sebanyak 500 buah/hari dengan rincian bahan baku sekitar 50 kg dengan perbandingan ketan pulut dan gula putih 1:1. Mengenai rasanya, kue bakul ini terasa manis dan wangi.
"Itu menandakan karakter suku China. Yang menginginkan rezekinya serba manis manis, semanis kue bakul. Harapan kita semua sih begitu, mudah-mudahan semua serba yang manis-manis saja untuk tahun yang akan datang, " ulas Phin Phin menjelaskan banyak orang dari luar kota yang datang ke tokonya cari kue bakul ini," ada dari Jakarta, Bali, Pekanbaru, Batam, Aceh hingga luar negeri."
Phin Phin yang sehari-hari berjualan kue-kue basah ini selain kue bakul juga menjual kue mangkok dan ratusan jenis kue basah tradisionil lainnya. Diantaranya, pastri, pai, kue-kue tradisionil, cickei pai, mochi, donat dan lain-lain. Sedangkan, untuk kue bakul ini adalah kue turun temurun," Bagi saya kue bakul ini bukan hanya di Indonesia saja yang dikenal orang bahkan di seluruh dunia tahu akan kue yang ini, " ujar Phin Phin tekekeh
Ada mitos yang mengatakan jika bikin kue bakul ini harus dalam keadaan bersih. Jika yang buat wanita tak boleh lagi sedang datang bulan. "Kalau mitos seperti itu sih tak begitu-begitu amat. Cuma, kalau bikin kue bakul ini kan semua harus serba bersih, baik peralatan mau pun un tuk mengaduknya," tutur Phin Phin tersenyum.
Pengusaha kue bakul lain yang ada di Medan yakni kue Bakul Merbau milik Khaidin yang terletak di Jl Merbau. " Kami memang membuat nama kue bakul ini sesuai dengan nama jalan tempat produksi kami," ujar Khaidin (46) didampingi istrinya Yuliani Lubis (30).
Jelang Imlek dan sesudah Imlek biasanya kue bakul ini harus 'disediakan' warga Tionghoa. Tapi," kue ini memang adanya saat Imlek saja, kalau sehari-hari di cari kuenya tak ada produksi lagi lho," ujar Khaidin mengaku kue bakul sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Ada lagi, kata Khaidin, cara memakan kue bakul versi lain yakni kue ini diberi kelapa muda yang parut lalu dimakan. " Rasanya hmm... enak betul seperti kue ongol-ongol. Ya, kami warga keturunan ini berharap di tahun Naga Air ini memberikan banyak rezeki dan mudah-mudahan tahun naga ini memberikan banyak sumbangish," ujar Khaidin berharap.
Kue bakul Ngaidin ini sudah ada sejak tahun '72 diproduksi oleh keluarga besarnya. " Kalau saya sudah generasi yang kedua." Sama seperti Phin Phin, bagi kaca mata Ngaidin makna kue bakul ini bagi generasi sebelumnya sudah ada dan itu menandakan hidup yang bagus seperti emas.
Harapan kebanyakan orang, dengan mencicipi kue bakul pada tahun ini, akan didapatkan kehidupan yang lebih bagus untuk tahun berikutnya. Apalagi," sekarang kebanyakan kue bakul dibuat orang untuk melengkapi parcel. Kue bakul ini bisa dimakan orang setelah dibuat untuk sembahyang."
Menurut Khaidin, saat usaha kue bakul ini dialihkan padanya, di awal-awalnya masih susah-susahnya. " Hanya memulai dengan produksi 150 kg bahan baku, ketan pulut putih dan gula pasir putih. Namun, pernah sih saat jaya-jayanya, saya sampai memproduksi kue bakul ini mencapai 5 ton. Tapi, begitu pun, saat ini kesulitan itu muncul lagi. Bahan baku sudah mahal lho, harganya melonjak jadi 3-4 kali lipat dari harga tahun lalu. Sekarang, untuk sekali produksi tergantung permintaan orang saja sekitar 1 ton - 4 ton, " ujar Khaidin menjelaskan akan 'melempar' kue bakul ini ke pasar-pasar di Medan bahkan keluar daerah hingga ke Pekanbaru, Kalimantan dan lain-lain.
Kue bakul Khaidin dibanderolnya Rp 28 ribu/kilo, " Untuk satu kilo kue bakul isinya 4 kue bakul, kalau yang ukuran lebih kecil lagi bisa dapat 8 buah. Ukuran kue bakul ini yakni ukuran ½ kg, 1 kg dan 2 kg. Ada lagi kue bakul yang khusus dipesan orang untuk permintaan sembahyang. Biasanya pesannya bertingkat-tingkat dan jumlahnya mesti ganjil 1, 3 hingga 5 tingkat."
Menurut Khaidin, bahan baku kue bakul ini hanya dua macam saja, ketan pulut putih dan gula. Perbandingan bahan bakunya 1:1. Cara membuatnya yakni," ketan pulut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian ketan pulut yang masih basah itu 'dipres' sampai kering.
Setelah ketan pulut putih setengah basah diaduk bersama gula cair dengan menggunakan blender. Untuk memasak kue bakul ini kami menggunakan plastik. Tujuannya, agar kue bakul cepat matang. Nah, ketahanan kue bakul ini tergantung penyimpanannya lho. Kalau penyimpanannya bagus, ketahanannya bisa sampai setahun lho," tutur Khaidin menjelaskan kue bakul ini penting dicari pada saat Imlek.
Kue bakul, kata Khaidin, dulunya cetakannya dari rotan yang berbentuk keranjang atau bakul. Tapi," sekarang kue bakul ini bikinnya pakai kaleng aluminum yang anti karat, jadi kesimpulannya dibikin pakai cetakan," uja Khaidin yang memiliki delapan orang pekerja," biasanya pekerja wanita tugasnya yang ringan-ringan saja. Sehari-hari Khaidin memerlukan empat dapur untuk produksi kue bakul ini. Biasanya orang mesan kue bakul ini sepuluh hari sebelum Imlek, " ujar Khaidin menjelaskan untuk produksi setengah ton kue bakul dia membutuhkan waktu 13 jam.
Debbi Safinaz