Dari karyawan bank swasta, Achmad Jani Subchan Maliki (36), yang akrab disapa Ajanis Maliki, banting setir menjadi pengusaha batik di tahun 2009. Pemilik Berbatique ini mengawali segalanya dari keisengannya menempelkan kertas kado batik pada kerah polo shirtnya. "Ternyata hasilnya bagus dan akhirnya ingin memproduksi sendiri," kata Maliki.
Produk pertama Berbatique yang rilis Juni 2009 pun langsung laku keras dan jadi unggulan. Apalagi, keuntungan yang diperoleh bisa berjumlah empat kali lipat dari gajinya. Tanpa ragu Maliki memutuskan berhenti kerja.
Momen Piala Dunia 2010 lalu tak disia-siakannya untuk membuat batik bola. Tak heran, Maliki dikenal sebagai pelopor batik bola dan pionir mempopulerkan motif bola yang diaplikasikan pada batik. Respons pasar ternyata di luar perkiraannya. "Saya langsung kebanjiran order sampai memproduksi 10-20 kali lipat," kisah Maliki senang
Soal modal, diakui Maliki, tak terlalu besar karena semua dikerjakan sendiri. "Tak kurang dari Rp 100 juta tapi keuntungannya bisa 100 persen," ujar Maliki yang memiliki website www.berbatique.com dan jejaring sosial Facebook dengan nama akun Berbatique Jakarta dan Batik Bola.
Khusus batik bola, Maliki memilih harga terjangkau mulai Rp 50 ribu. Sedangkan untuk polo shirt batik dijual mulai Rp 120 ribu. "Batik cap Pekalongan Belanda, hingga Hong Kong.
Belakangan, ceritanya, "Saya ditawari manajemen Klub Sriwijaya FC membuat desain batik. Saya tak ingin hanya memproduksi timnas negara-negara seperti Belanda, Argentina, atau klub besar dunia seperti MU, Barca, Chelsea, tapi juga semua klub bola Indonesia."
Rini Sulistyati, Swita A Hapsari