Pengakuan Pacar Tersangka Pemerkosaan di Angkot (1)

By nova.id, Senin, 2 Januari 2012 | 03:27 WIB
Pengakuan Pacar Tersangka Pemerkosaan di Angkot 1 (nova.id)

Pengakuan Pacar Tersangka Pemerkosaan di Angkot 1 (nova.id)
Pengakuan Pacar Tersangka Pemerkosaan di Angkot 1 (nova.id)
Pengakuan Pacar Tersangka Pemerkosaan di Angkot 1 (nova.id)

"AI mengaku menyesal ikut terseret kejahatan yang dilakukan kekasihnya. (Foto: Ahmad Fadilah) "

Akhirnya Mengaku

Dua bulan berpacaran, Selasa (13/12), YBR menjemputku ke rumah. Selepas Maghrib aku diajaknya jalan-jalan. Aku pergi diam-diam tanpa seizin Bapak. Pokoknya aku ingin ikut dia pergi. YBR bilang, ingin menunjukkan kontrakannya yang baru di daerah Rawadas, Pondok Kopi (Jaktim). Tiba di sana, sudah ada teman-temannya yang kukenal dan biasa berkumpul bersama YBR.

Menjelang tengah malam, aku diantar pulang ke rumah oleh mereka. Kami naik angkot M-26 jurusan Kampung Melayu-Bekasi. Aku tidak curiga. Juga tak ingin banyak bertanya. Karena sebelumnya aku mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit, badanku pun terasa lemas.

Aku lalu duduk di depan, di samping SDM yang menyetir angkot saat itu. Sementara YBR dan DR duduk di kursi penumpang belakang. Kami menelusuri jalanan di sekitar Sentul dan Cilodong. Karena sudah larut malam, tak terasa aku pun tertidur. Sempat aku terganggu mendengar suara berisik dari arah belakang. Suara musik yang disetel SDM bertalu-talu keras sekali di telingaku. Rupanya ia sengaja menyetel musik keras-keras. Ia juga menyuruhku agar tetap istirahat. Saat itu sudah jam tiga pagi. Lampu di dalam angkot mati dan aku yang masih tak bertenaga juga tak punya pikiran buruk apa pun. Bahkan, ada penumpang lain yang naik di daerah Jl. Raden Saleh, Depok pun, aku tak tahu.

Puncaknya baru aku sadari di dalam angkot ternyata telah terjadi perbuatan keji. Penumpang perempuan yang diketahui berinisial RS dirampok oleh YBR dan temannya. YBR juga sempat melukai RS dengan golok. Tak hanya itu, RS juga diperkosa. Selanjutnya, RS diturunkan begitu saja di kawasan Cikeas. Kepadaku YBR bilang, yang memperkosa adalah DR. Ia hanya membantu memegangi.

Namun setelah didesak, baru aku tahu, dia berbohong. YBR lah yang menjadi aktor serta dalang aksi bejat itu. Rupanya ketika di kontrakan, ia dan teman-temannya telah merencanakan kejahatan ini. Sakit sekali hatiku saat tahu pacarku sendiri memperkosa perempuan lain. Apalagi aku juga ada di situ, tak jauh darinya. (AI terisak dan terus menangis ketika ditanya lebih jauh mengenai apa yang terjadi setelah itu).

Diancam

Tak kusangka, perbuatan mereka berbuntut panjang. Kami pun dilaporkan ke polisi oleh RS. Karena diburu, aku ikut bersembunyi bersama YBR dan satu temannya. Kami ke Bandung, menginap di rumah kakak DR. YBR juga mengancam, "Kalau satu tertangkap, semuanya harus masuk (penjara)!"

Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Setelah 10 hari dan kehabisan uang, persembunyian kami di Kampung Bojongbungur, Padalarang Barat diketahui polisi. Sabtu, (24/12) sore kami pun digiring ke Polres Depok. YBR dan DR ditahan di dalam sel, sedangkan SDM melarikan diri. Ia juga membawa semua uang hasil rampokan. Belakangan aku tahu ia akhirnya tertangkap di Medan.

Aku sebagai perempuan satu-satunya, jelas merasa terjebak. Bingung harus bagaimana. Yang lebih membuatku takut, aku merasa nyawaku kini terancam. Terlebih pemberitaan di banyak media begitu ramai membongkar kasus ini. Aku juga dihujat dan dianggap bukan perempuan baik-baik. Jujur aku sangat kecewa. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, malah dengan mudah menyudutkanku.

Pihak kepolisian akhirnya menghubungi orangtuaku. Bapak sudah datang menjenguk dua kali. Meski beliau tak berkata apa-apa, tapi dari raut wajahnya aku tahu beliau sangat kecewa. Tak kuasa aku melihat langsung wajahnya. Bapak hanya berpesan agar aku sabar menghadapi cobaan ini dan banyak berdoa.

Ya, aku kapok dan merasa malu! Aku tak mau lagi sembarangan bergaul dan berkenalan dengan lelaki. Apalagi berpacaran dengan orang yang tak jelas asal-usulnya. Jangan sampai aku salah memilih lagi. Ternyata tak hanya sekali itu YBR melakukan aksi kriminal. Benar kata Bapak. Seharusnya sejak awal aku turuti saran dan ketidaksukaannya saat YBR kuajak ke rumah.

Yang bisa kulakukan sekarang adalah bersikap kooperatif dengan kepolisian, sambil terus menguatkan diri dan hati agar sanggup menjalani ini semua. Harapku hanya satu, aku ingin semua proses ini segera usai agar bisa kembali ke tengah keluarga.

Ade Ryani, Edwin Yusman / bersambung