Dua gerobak warna-warni terpampang di depan kantor Manajemen Es Kepepet Jl Jendral Mukmin No 1004, Kecamatan. Ilir Timur (IT). Satu gerobak bertuliskan Es Kepepet dan satu lagi tulisan Hermansyah seorang Pemenang Wirausaha Mandiri Kategori Boga Klasifikasi S1 (Mahasiswa)
Saat disambangi ke kantornya, pria berpostur tinggi tegap dan masih muda ini menyambut dengan ramah dan sumringah. "Perkenalkan nama saya Herman. Saya dengan senang hati akan menceritakan awal mulanya saya merintis usaha Es Kepepet yang bisa membuat saya jadi usahawan sukses seperti sekarang ini," ujar Herman mengaku sudah sejak SMP dia ingin berwirausaha.
"Itulah awal saya melangkah di dunia wirausaha. Saat itu saya sudah memberanikan diri menjual mainan di Kawasan Pasar 16 Ilir, tepatnya di Jl Bringin Janggut. Setelah tamat SMA, saya banting setir jual pakaian dan piano. Pokoknya, banyak lagi usaha yang pernah saya lakukan sejak SMP dan SMA di kawasan Beringin Janggut. Tentu saja banyak orang yang kenal sama saya kerena saya sering jualan disitu," kata sulung dari dua saudara ini.
Anak dr Mastarai H Ahmad dan Nyimas Nurul Huda ini usai tamat SMA langsung bekerja di salah satu perusahaan alat kesehatan alkes sebagai sales. " Sambil kerja sebagai sales, saya juga menyempatkan diri menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Palembang, jurusan Ekonomi Manajemen. Nah, gaji dari hasil kerja saya pakai untuk biaya kuliah," ungkap pria kelahiran Palembang, 13 November 1983.
Hanya dua tahun kemudian Herman akhirnya memutuskan berhenti bekerja sebagai sales alkes. Apalagi, Herman tak biasa bekerja seperti itu dan menginginkan berwirausaha saja. " Sempat juga lho saya nganggur beberapa lama. Saya lama memikirkan jenis usaha apa saja yang baik saya jalankan," jelas Herman. Namun, bukan Herman namanya kalau pria ini hanya berputus asa dan berdiam diri saja.
Kemudian, setelah melihat kiri-kanan dan melakukan berbagai inovasi pilihan herman 'jatuh' pada resep minuman. Ya, Herman mulai mencoba berkreasi dengan menciptakan minuman segar yang bernama Sop Buah. Herman mencoba peruntungan nasibnya di tahun 2008. " Modal awal yang saya miliki saat itu hanya uang Rp 150 ribu, itu pun sisa uang saat saya bekerja jadi sales. Mulailah, saya jualan di lokasi yang sempit. Tentu, saja saat itu saya serba kepepet. Modal yang kepepet, lokasi tempat yang sempit jadi semua serba kepepet. Bahkan, gerobaknya pun juga ngutang sampai satu juta."
Menurutnya, saat berjualan muniman ini, dia memilih minuman Sop Buah untuk daganganya. Minuman sop buah ini adalah campuran buah-buahan yang ditambah gula dan santan untuk pemanisnya. Dalam waktu sekejap, pamor Sop Buah ini langsung melejit. Tak butuh waktu lama orang-orang sangat menyukai rasanya yang manis dan segar ini. Apalagi, saat cuaca sangat terik. Sop buah ini paling dicari orang. Hingga popularitasnya pun di Palembang begitu fenomenal.
Namun," lambat laun ternyata banyak orang yang mengikuti jejak saya jualan Sop Buah ini di Palembang. Saya mulai jadi tahu, ternyata Sop Buah ini gampang dicontoh orang. Ada karakteristik tertentu yang orang bisa selalu menyamai rasa Sop Buah ini. Agar orang tidak mengklaim rasa Sop Buah ini miliknya, makanya kita harus beda karena awalnya memang kitalah pelopornya di Palembang. Jadi, kita harus beda. Apalagi, akhirnya tak masalah semakin banyak ragam khas kuliner di Palembang ini jadinya," aku Herman bijak.
Saat Herman kuliah semester IV di Muhammadiyah, dia mulai berimprovisasi membuat Sop Buah ini jadi sesuatu yang beda. Dipilihlah, " namanya Es Kepepet sesuai dengan keadaan saya yang serba kepepet. Cuma, beda Es Kepepet dengan Sop Buah. Pada syrup dan es creamnya. Kalau untuk syrup Es Kepepet saya ciptakan sendiri. Syrup itu dicampurkan dengan buah-buahan seperti buah pada Sop Buah seperti nangka, anggur, nutrijel, agar-agar, selasih, rumput laut dan lain-lain. Jadi, yang membedakan Es Kepepet dan Sop Buah itu pada syrupnya."
Saat pertama menjual Es Kepepet Herman bisa laku sekitar 50 cangkir dengan hitungan dua ribu rupiah dengan harga Rp 3500/cangkir. Lambat laun kemudian semakin hari jumlahnya mencapai ratusan cangkir. Hanya dalam hitungan tahun, tak berapa lama gerobak hutangan sebesar Rp 1 juta,bisa 'ditebus' Herman. " Saya akhirnya memberanikan diri buka cabang lagi di tiga tempat yakni di 3 Ilir, 11 Ilir dan 14 Ilir."
Pria beranak satu ini lagi-lagi memberanikan diri membuka usaha di kantin Muhammadiyah, selanjutnya dia buka lagi di 5 ulu, 7 ulu dan Jl Jenderal Mukmin. Bukan hanya berhenti sampai disitu, pihaknya juga melakukan kemitraan dengan beberapa orang yang ada diluar Palembang seperti di Yokyakarta, Bangka Belitung, Jambi dan Bogor. Yang totalnya ada 20 cabang. " mereka hanya beli resep kita, namun bukan seperti franchise karena syarat untuk itu belum bisa kita penuhi."