Pernah terjadi pula kelucuan pada segmen Trengginas, ketika peserta harus menjumlahkan angka lalu mengucapkannya dalam Bahasa jawa krama. Peserta seharusnya menjawab, tiga likur (istilah bahasa Jawa untuk angka 23). Tetapi entah karena kurang konsentrasi atau tidak tahu, peserta menjawab kalih dasa tiga (terjemahan bebas dari angka dua puluh tiga atau 23). Karuan saja penonton di studio dan pemirsa di rumah tergelak dibuatnya. Mengetahui jawabannya salah, si peserta hanya bisa tersipu malu.
Sekadar ingin mengetes kemampuan Bahasa Jawa-nya Ny. Tien, istri Kapolsek Patuk, Gunungkidul yang asli Jawa Barat, memberanikan diri ikut menjadi peserta Cangkriman. "Untuk meramaikan saja," jawabnya kala ditanya motivasinya ikut acara ini. Meski akhirnya keteteran dari peserta lain, tetapi Tien patut diacungi jempol untuk nyalinya itu. Sebab, jawabannya tak seluruhnya meleset.
Beda lagi dengan Ny. Sutiyani (41). Berangkat dari rasa gemas tiap kali menonton acara Cangkriman, Kabag Keuangan Kecamatan Patuk, Gunungkidul merangkap guru PAUD itu, nekat mendaftar jadi peserta Cangkriman. Bekal utamanya, mengandalkan pengetahuannya sebagai mantan pemain kethoprak. Hasilnya? Tidak begitu mengecewakan. Banyak pertanyaan sulit mampu ia jawab, termasuk menjawab soal dunia pewayangan.
Sekadar info, di segmen ketiga atau Manca Warna, ditampilkan Rendy, calon dalang yang kini berstatus mahasiswa UNY. Rendy mendalang secara climen alias sederhana, dengan lakon amat singkat. Lalu peserta ditanya seputar dunia pewayangan. Mulai dari nama tokoh wayang hingga jimat, tempat dari lakon yang ditampilkan Rendy.
Nah, bagi yang berminat mengikuti acara ini, sebaiknya perbaiki dulu ilmu bahasa, sastra, dan budaya Jawa Anda mulai sekarang. Lalu, silakan uji nyali di acara Cangkriman.
Rini Sulistyati