Dua Kisah Wanita & Sepeda (2)

By nova.id, Kamis, 10 November 2011 | 04:36 WIB
Dua Kisah Wanita Sepeda 2 (nova.id)

Dua Kisah Wanita Sepeda 2 (nova.id)
Dua Kisah Wanita Sepeda 2 (nova.id)

"Aksi Risa di arena sepeda downhill yang mampu memukau banyak mata penonto (Foto: Dok Pri) "

Emas Motivasi

Berkat sepeda juga Risa bisa melanglang buana ke berbagai negara. "Tahun 1994 saya disponsori Citra Muda Indonesia berlaga di sebuah ajang lomba sepeda di Australia. Sungguh pengalaman yag menyenangkan karena itu pertama kali saya ke luar negeri. Di tahun yang sama menyusul pertandingan di Jepang," kisahnya. Sayang, karena mengalami patah tulang saat berlatih, Risa batal ke Negeri Sakura. "Sehari setelah operasi, saya harus ikut Ebtanas dan hasilnya jeblok! Enggak sempat belajar, sih," bebernya.

Tahun 1997 adalah kali pertama Risa mengikuti Sea Games. Baru pertama kali berlaga, ia sudah berhasil menggondol medali emas. "Ketika akan bertemu presiden, saya bertemu mantan pelatih bulutangis saya. Beliau berkata, "Saya takut kamu menggeluti sepeda tapi tidak berprestasi. Ternyata kamu memilih sepeda dan tetap berprestasi, saya merasa tidak sia-sia sudah melatih kamu." Mendengarnya saya jadi tenang, padahal dulu saya sempat takut bertemu beliau lagi. Takut dimarahi," kata Risa yang kini disponsori produsen sepeda Wim Cycle.

Namun, di antara berbagai pertandingan yang pernah diikutinya, Sea Games 2009 lalu merupakan pertandingan yang paling berkesan. Pasalnya, di pertandingan itu dirinya benar-benar tidak menyangka bisa mendapat medali emas. "Di tahun itu begitu banyak cobaan yang sedang saya hadapi. Selain sedang sakit, saya juga kurang percaya diri karena sedang ada masalah dengan mantan suami. Saat itu saya dalam kondisi yang benar-benar down dan depresi. Ketika dapat emas, itu jadi motivasi dan penyemangat untuk terus fokus di sepeda."

Risa bersyukur, seiring dengan waktu kariernya semakin bersinar dengan menjuarai beragam pertandingan dalam dan luar negeri. "Sudah enggak tahu lagi berapa banyak pertandingan yang saya ikuti."

Dan jika kemudian harus memilih antara downhill, cross country atau BMX race, Risa mengaku sudah tak bisa memilih. "Semua sama-sama berisiko. Tapi jika sudah bisa, jenis olahraga sepeda ini malah menyenangkan karena bisa dekat dengan alam. Menghilangkan stres di kantor dan jalan raya."

Risa memang tak mau membatasi diri. Pun dengan kodratnya yang terlahir sebagai perempuan. "Bagi saya, perempuan enggak selalu harus mulus, kalau bisa berprestasi mengapa harus membatasi diri untuk tidak berekspresi?" ujarnya.

Meski menggeluti olahraga ekstrem yang hingga kini masih didominasi kaum pria, Risa tak lantas kehilangan sisi femininnya. Ia termasuk rajin merawat tubuh. "Olahraga dan berkeringat justru sehat buat tubuh. Kulit, sistem kekebalan, dan pencernaan juga semakin bagus dengan olahraga. Kebanyakan perempuan Indonesia banyak merawat tubuh tapi olahraganya kurang." Bahkan berkat parasnya yang ayu, Risa juga cukup percaya diri mencoba menjadi presenter teve.

Tolak Jadi Pelatih

Mengomentari kegiatan bersepeda yang kini kian jadi tren di kalangan generasi muda, Risa mengaku sangat bersyukur. "Artinya regenerasi atlet sepeda akan semakin mudah. Yang terpenting, ada apresiasi terhadap atlet sepeda, tidak hanya kepada atlet olahraga tertentu saja."

Lucunya, meski memikirkan betul tentang regenerasi atlet sepeda, Risa sendiri mengaku bakal menolak jika ditawari menjadi pelatih. "Kalau pun nanti berhenti dari Timnas, saya pasti akan terus bersepeda karena saya enjoy. Tapi kalau jadi pelatih, rasanya tidak tertarik. Sudah cukuplah 15-16 tahun menjalani hidup dari Pelatnas ke Pelatnas."

Kini, banyak rencana mulai disusun Risa untuk melanjutkan hidup di luar dunia sepeda. "Saya ingin bisa full time menjadi presenter. Selama ini, kan, saya menjalaninya masih setengah-setengah," imbuh Risa.

 Edwin Yusman F