Kreativitas dan inovasi harus terus berkembang. Jika tidak, usaha Anda harus siap tumbang. Itu yang diyakini Wenny, pengusaha cake rumahan di Daerah Kopo, Bandung, Jawa Barat. Berawal dari kue bolu, kini ibu dari bayi kembar, Ryder Blaise Damian dan Jax Cannon Damian kini menjadi pelopor cake tiga dimensi (3D) di Indonesia.
Karya-karya cake ulang tahun buatan Wenny banyak mendapat pujian. Cake-cake kreasinya selalu tampil detail dengan pilihan warna yang serasi sehingga tampak hidup. "Saat membuat cake saya selalu punya target, bentuknya akan begini atau begitu. Dan selama ini, sih, biasanya terpenuhi," jelas wanita yang mengawali usaha kuliner sejak di bangku kuliah. "Dulu, saya bikin makanan kecil lalu disetorkan ke kantin sekolah."
Setelah target terpenuhi, Wenny tak langsung puas diri. Ia selalu ingin membuat sesuatu yang baru dan lebih baru lagi. "Untuk satu produk yang sama, saya selalu memberi sentuhan berbeda." Misalnya, cake model Hello Kitty. Sudah puluhan pelanggan yang pesan model ini. "Tapi setiap pesanan saya usahakan ada yang baru. Entah lewat aksesoris maupun pernik pendukungnya," jelas pemilik brand Wenny's Cake ini.
Cake Hello Kitty memang paling banyak dipesan. Wenny pun jadi bosan setiap kali mendapat order cake model ini. "Akhirnya saya menciptakan Hello Kitty dengan baju kimono. Eh ternyata banyak juga yang pesan," jelas Wenny yang juga pernah membuat cake Hello Kitty dengan busana daerah. "Itu bukan pesanan, tapi obsesi pribadi," jelas Wenny tersenyum.
Mirip Boneka
Menjadi pengusaha rumahan cake 3D rupanya sudah menjadi garis hidup Wenny, yang pernah juga menekuni bisnis garmen. "Awalnya saya hanya membuat bolu pesanan atau dititipkan di toko dan kantin sekolah." Suatu hari ia "ditantang" pelangganya membuat kue ulang tahun. "Dia tanya, apa saya bisa membuat kue ulang tahun? Saya jawab, bisa."
Rupanya, jawaban itu justru memaksa Wenny untuk berkreasi membuat produk baru selain bolu. "Kue ulang tahun, kan, bentuknya itu-itu saja. Sudah terbayang bentuknya, tinggal berkerasi dengan hiasan cream saja." Setelah pesanan pertama sukses dibuat, Wenny mulai dapat pesanan kue ulang tahun berikutnya.
Baru beberapa kali mendapat pesanan, Wenny sudah merasa bosan. "Saya akhirnya search di internet. Ternyata di luar negeri lagi tren cake 3D. Saya pun mencoba buat sendiri." Wenny mengaku bukan suatu yang sulit membuat cake 3D. "Hanya saja, waktu itu bentuknya masih sederhana. Maklum, masih coba-coba."
Setelah berhasil, Wenny ikut pameran di sebuah sekolah. Waktu itu ia menampilkan cake model boneka Barbie. "Banyak yang bertanya, ini kue atau boneka pajangan. Saya terpaksa memotongnya untuk meyakinkan bahwa itu kue yang bisa dimakan," tandas Wenny. Selain cake Barbie, Wenny juga memamerkan cake mobil. "Anak-anak, khususnya laki-laki, kan, suka mobil-mobilan. Jadi meski modelnya masih sederhana, mereka suka," jelas Wenny.
Sebagai langkah pembuka, Wenny tak berani pasang tarif tinggi. "Yang penting balik modal." Untuk membuat cake 3D, Wenny harus menggunakan fondant yang harganya lebih mahal dibanding bahan cake biasa. "Tapi saya tak berani memberi harga yang tinggi. Soalnya masyarakat kita belum terbiasa. Makanya harga enggak jauh terpaut dengan cake biasa."
Karya Seni